Bagikan:

JAKARTA - Penelitian laut dalam di Indonesia masih menjadi sesuatu yang frontier dan belum banyak dilakukan.  Padahal banyak potensi mineral laut yang bisa diberdayakan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kini mendukung peningkatan riset eksplorasi laut dalam untuk memaksimalkan potensi yang ada. 

"Ini tentu menjadi tantangan kita semua untuk dapat melakukan kajian secara komprehensif terhadap potensi sumber daya laut dalam termasuk deposit mineral di mana di Indonesia masih belum banyak dilakukan," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam seminar virtual (webinar) dengan tema "Eksplorasi Mineral Laut Dalam di Indonesia: Potensi, Kebijakan, Tantangan dan Teknologi" di Jakarta, Kamis.

Potensi mineral laut dalam di Indonesia dapat diindikasikan,  sehingga menjadi tantangan bersama untuk dapat menciptakan ekosistem riset dan inovasi terkait kajian komprehensif terhadap potensi sumber daya laut dalam dan komersialisasinya.

Hammam mengatakan perlu memperkuat sinergi antara akademisi/pelaku riset, bisnis, dan pemerintahan untuk membangun ekosistem berbasis pengetahuan yang mendukung eksplorasi dan pemanfaatan mineral laut dalam.

Hammam juga menuturkan Konsorsium Riset Samudera yang telah diinisiasi 15 kementerian/lembaga dan perguruan tinggi dapat menjadi langkah awal untuk membentuk ekosistem riset dan inovasi laut yang lebih kuat ke depannya.

Lembaga penelitian pemerintah yang mempunyai infrastruktur riset dan inovasi yang kuat dapat digunakan secara bersama-sama dalam konsorsium. Sementara itu, perguruan tinggi dapat berperan besar untuk membantu memperkuat kualitas riset dan inovasi.

Menurut Hammam, dengan adanya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang melaksanakan fungsi pelaksanaan pengarahan dan penyinergian dalam penyusunan perencanaan, program, anggaran, dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi bidang penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, maka ke depan ekosistem riset laut dalam diharapkan dapat berjalan dengan lebih baik.

Saat ini terdapat tiga tipe endapan mineral laut dalam yang diketahui dan menjadi target utama eksplorasi untuk ditingkatkan menuju tahapan eksploitasi. Ketiga tipe endapan mineral itu adalah Sea Floor Massive Sulphide (SMS) dan Hydrothermal Vein yang dapat dijumpai pada pematang tengah samudera (mid oceanic ridge) maupun di busur belakang (back arc), Polymetallic Nodules yang berada pada dataran abysal, dan Cobalt crust yang dapat dijumpai pada gunung laut (seamount).

BPPT dalam perjalanannya dengan armada kapal riset Baruna Jaya beberapa kali terlibat dalam survei ilmiah bersama mitra kementerian/lembaga dalam negeri maupun luar negeri untuk mengetahui potensi mineral laut dalam.

Sebagai contoh, penelitian laut dalam terakhir pada 2010 kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam kerangka Program The Indonesia-USA Exploration for Sangihe Talaud pada 6 Juli–9 Agustus 2010 atau INDEX SATAL 2010 yang menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV telah melakukan berbagai topik penelitian laut dalam di Perairan Sangihe dan Talaud.

Dalam penelitian bersama Kapal Okeanos Explorer milik NOAA, Amerika Serikat tersebut, telah ditemukan area Hydrothermal Vent. Sebelumnya pada kurun 2000-2001, Survei BANDAMIN dan Survei Teluk Bone dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya III juga berhasil mengindikasikan adanya mineral laut berupa nodul mangan di Laut Banda dan potensi mineral emas di Teluk Bone. Itu semua menunjukkan bukti bahwa potensi mineral laut dalam terdapat di wilayah perairan Indonesia.