JAKARTA - Belakangan suhu di Jakarta mendadak lebih terasa dingin dibandingkan biasanya. Hal ini bukan karena curah hujan tinggi melainkan terjadinya fenomena front (perbenturan) dua massa yang berlainan, yaitu antara udara dingin dan udara hangat.
Dikutip dari Instagram Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yakni @lapan_ri, pada Juni 2021, temperatur atau suhu udara permukaan di Jakarta mendingin dibandingkan tahun lalu. Penurunan suhu minimum rata-rata terjadi sebesar 0,6 derajat celcius.
Tren pendinginan suhu antara 0,5 hingga 1 derajat Celcius juga terjadi di Bandung sejak Januari hingga Juni 2021, jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun lalu.
"Kondisi penurunan suhu permukaan di daratan (Jawa Barat dan Tengah) ini juga diperlihatkan melalui data prediksi suhu permukaan, dari Sadewa-LAPAN pada 24 Juni 2021 pukul 06.00 WIB," ungkap @lapan_ri.
Menurut LAPAN, suhu harian itu juga memiliki fluktuasi harian yang erat dipengaruhi oleh jumlah pemanasan permukaan, yang diterima dari radiasi Matahari dan salah satu faktor penyebabnya ditentukan oleh panas laten dari keberadaan awan.
BACA JUGA:
Data penurunan suhu permukaan rata-rata di beberapa kota selama bulan Juni ini, terjadi pada kemarau basah dan kemungkinan berkaitan dengan fenomena front (perbenturan) dua massa yang berlainan, yaitu antara udara dingin dan udara hangat.
"Cold front menyebabkan udara dingin di permukaan mendorong dan mengangkat udara hangat di atasnya. Dalam konteks kemarau basah seperti saat ini, cold front dapat terbentuk dari pergerakan kuat monsun timuran (dari timur) Australia yang bersifat dingin," jelas LAPAN.
Sementara, cold front ini kemudian berbenturan dengan udara hangat dari barat, karena keberadaan vorteks dan dipole mode negatif di Samudra Hindia.
"Kemudian cold front meluas dan tertahan oleh eksistensi awan-awan dingin tebal yang persisten meliputi daratan," tutur LAPAN.