JAKARTA - Pabrikan ponsel asal China, Oppo kabarnya telah menjajaki pasar Eropa. Hal ini memungkinkan karena Oppo telah menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi Eropa, Vodafone.
Dengan kemitraan itu, Oppo tentunya akan membawa produk unggul 5G nya ke Eropa serta model lainnya ke sejumlah negara di Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, Portugal, Rumania, dan Turki. Nantinya Oppo akan membawa sejumlah perangkat smartphone 5G yang terjangkau untuk pasar Eropa.
"Oppo memiliki berbagai produk yang dapat menyentuh banyak segmen yang sama seperti Huawei, memungkinkannya untuk mendapatkan pangsa pasar dengan mengorbankan Huawei. Oppo selalu menggunakan aroma Eropa dalam desain produknya," ungkap direktur penelitian di Counterpoint Research, Peter Richardson seperti dikutip dari Tech Crunch, Rabu 20 Mei.
BACA JUGA:
Langkah yang diambil Oppo merupakan perluasan dari kehadiran perusahaan China di wilayah tersebut dan bahkan diklaim dapat menghambat kinerja Huawei juga, salah satu produsen ponsel dari negara yang sama.
Setelah kehilangan dukungan dan layanan Google, Huawei harus meluncurkan smartphone Android dengan layanan dan aplikasi nya sendiri, seperti AppGallery. Hal ini mengakibatkan banyak aplikasi utama populer seperti YouTube, Facebook, dan banyak lagi yang hilang, dan kemungkinan akan menjadi penghalang utama bagi pengguna di luar negeri, terutama di Eropa.
Diketahui juga, Vodafone telah lama menarik handset Huawei dari jaringan UK 5G-nya tahun lalu setelah perusahaan itu dilarang oleh AS. Tapi sekarang, operator telekomunikasi telah menemukan Oppo untuk menggantikan permintaan yang terus meningkat pada smartphone 5G.
Kemitraan ini akan membuat perusahaan bersama-sama melihat penjualan online secara agresif, mengingat toko fisik masih ditutup di bawah karantina wilayah karena COVID-19.
"Menariknya, meski Oppo berasal dari China, tetapi nama perusahaan tersebut tidak terlihat seperti itu. Berbeda dengan pesaingnya Xiaomi dan Huawei. Ini memungkinkan Oppo terhindar dari isu negatif pada media. Setelah sebelumnya terjadi pada Huawei," imbuh Richardson.