JAKARTA - Fenomena alam akan kembali terjadi pada Ramadhan 1441 Hijriah. Pekan ini, Asteroid 1998 OR2 selebar 1.2 mil dikabarkan akan melintas dekat dengan bumi. Tetapi, hal ini diklaim tidak akan membahayakan planet kita.
Menurut laporan yang dihimpun dari Space, pada 29 April, asteroid itu akan melewati 3.908.791 mil dari Bumi, terbang dengan kecepatan 19.461 mil per jam. Diketahui, jarak tersebut masih 16 kali lebih jauh dari jarak antara bumi dan bulan.
Seorang astronomers pertama kali menemukan Asteroid (52768) 1998 OR2 pada 24 Juli 1998, di Haleakala Observatory, Hawaii, Amerika Serikat (AS). Saat ini kondisi di Bumi sedang mengalami pandemi COVID-19. Dalam pengamatan yang gambarnya diambil belum lama ini oleh Observatorium Arecibo di Puerto Rico, asteroid tersebut seperti mengenakan masker wajah, mirip dengan manusia.
Jika asteroid itu menabrak bumi, menurut NASA saat melihat benda langit tersebut pertama kalinya, menemukan ukuran asteroid itu cukup besar untuk menghancurkan sebagian dari planet ini.
#TeamRadar and the @NAICobservatory staff are taking the proper safety measures as we continue observations. This week we have been observing near-Earth asteroid 1998 OR2, which looks like it's wearing a mask! It's at least 1.5 km across and is passing 16 lunar distances away! pic.twitter.com/X2mQJCT2Qg
— Arecibo Radar (@AreciboRadar) April 18, 2020
"Fitur topografi skala kecil seperti bukit dan pegunungan di salah satu ujung Asteroid 1998 OR2 menarik secara ilmiah. Tapi karena kita semua berpikir tentang COVID-19, tampilan asteroid ini membuatnya tampak seperti Asteroid OR2 1998 yang ingat memakai masker," kata kepala radar planet di Observatorium Arecibo, Anne Virkki.
Menurut Pusat Studi Objek Dekat-Bumi NASA, asteroid tersebut diperkirakan akan terjadi pada Rabu, 29 April, pukul 5:56 pagi waktu setempat. Para ahli melacak objek dekat Bumi, atau NEO, yang bisa bertabrakan dengan Bumi.
Tim ahli Observatorium Arecibo telah memantau asteroid dekat bumi tersebut. Sebagai informasi, Observatorium Arecibo adalah fasilitas Yayasan Sains Nasional yang dikelola oleh University of Central Florida.
Observatorium ini didukung oleh Program Observasi Objek Dekat-Bumi NASA dan telah menganalisis asteroid sejak pertengahan 90-an. Selama pandemi, para ilmuwan di Arecibo terus melakukan pengamatan atas nama pertahanan planet.
Sejalan dengan jarak sosial, mereka membatasi jumlah ilmuwan dan operator radar di fasilitas itu. Mereka juga mengenakan masker selama pengamatan demi mencegah tertular dari COVID-19.
Para ilmuwan mengakui bahwa asteroid itu dipastikan sebagai objek yang berpotensi berbahaya karena lebih besar dari 500 kaki dan berada dalam jarak 5 juta mil dari orbit bumi.
Ilmuwan di Arecibo dapat memonitor asteroid dan menggunakan pengamatan untuk menentukan jalur mereka di masa depan, agar terlihat apakah ada asteroid yang berisiko terhadap bumi.
"Pengukuran radar memungkinkan kita untuk mengetahui lebih tepat di mana asteroid akan berada di masa depan, termasuk pendekatan penutupan masa depan ke bumi. Pada 2079, Asteroid 1998 OR2 akan melewati bumi sekitar 3,5 kali lebih dekat dari tahun ini, jadi penting untuk mengetahui orbitnya secara tepat," ungkap seorang ilmuwan penelitian di observatorium, Flaviane Venditti.
BACA JUGA:
Meski Asteroid 1998 OR2 berukuran cukup besar, tetapi benda langit tersebut bukan yang terbesar yang pernah ada. Kehormatan itu tetap dimiliki Asteroid 3122 Florence (1981 ET3), yang terbang dan bertabrakan dengan bumi pada 1 September 2017.
Dari rumor yang tercatat, asteroid tersebut akan melewati bumi lagi pada 2 September 2057. Asteroid itu diperkirakan berjumlah antara dua dan satu, dan memiliki lebar lima setengah mil.
Namun sayangnya, Asteroid 1998 OR2 ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, harus membutuhkan teleskop serta alat canggih lainnya yang dapat merekam jejak terbang asteroid tersebut.