Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan xAI milik Elon Musk menanggapi laporan luas mengenai chatbot Grok yang mengeluarkan pernyataan tentang adanya "genosida terhadap warga kulit putih" di Afrika Selatan. Dalam unggahan di platform X pada Kamis, 15 Mei, xAI mengatakan bahwa telah terjadi perubahan yang tidak sah pada sistem kecerdasan buatan tersebut. xAI menyatakan akan segera melakukan pembaruan untuk mengatasi masalah ini.

Isu seputar bias politik, ujaran kebencian, dan keakuratan chatbot AI telah menjadi perhatian sejak peluncuran ChatGPT milik OpenAI pada tahun 2022.

xAI menjelaskan bahwa pada Rabu pagi, 14 Mei, perubahan tidak sah dilakukan pada perangkat lunak respons Grok, yang menghindari proses peninjauan internal seperti biasanya.

“Perubahan ini, yang mengarahkan Grok untuk memberikan respons tertentu terkait topik politik, melanggar kebijakan internal dan nilai-nilai inti xAI,” kata pihak perusahaan.

Beberapa pengguna X pada hari Rabu menemukan bahwa Grok membahas isu “genosida terhadap kulit putih” di Afrika Selatan dalam percakapan yang tidak ada hubungannya dengan topik tersebut, dan mereka membagikan tangkapan layar interaksi tersebut.

Kebijakan pengambilalihan tanah di Afrika Selatan telah menuai kritik, termasuk dari Elon Musk yang lahir di negara itu, yang menyebut kebijakan tersebut rasis terhadap warga kulit putih. Namun, pemerintah Afrika Selatan menyatakan tidak ada bukti adanya penganiayaan, dan menyebut klaim "genosida" yang sempat disuarakan Presiden AS Donald Trump dan pihak lain tidak berdasar.

Sebagai tanggapan atas insiden ini, xAI menyatakan akan secara terbuka mempublikasikan system prompts (perintah sistem) Grok di GitHub, agar publik dapat melihat dan memberikan masukan terhadap setiap perubahan yang dilakukan pada chatbot tersebut.

xAI juga berencana membentuk tim pemantau selama 24 jam penuh untuk menanggapi insiden yang tidak terdeteksi oleh sistem otomatis, terutama terkait respons Grok yang menyimpang dari pedoman perusahaan.