JAKARTA – Jumlah sampah antariksa selalu bertambah setiap tahunnya dan situasi ini menimbulkan kekhawatiran. Menurut sekelompok ilmuwan internasional, masalah ini perlu ditangani secara ketat dan serius.
Maka dari itu, kelompok peneliti yang terdiri dari Jet Propulsion Laborator (JPL) NASA, University of Plymouth, dan University of Texas mengajukan topik tentang ruang angkasa ke dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar orbit Bumi bisa lebih terlindungi.
"Menambahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) khusus untuk ruang angkasa akan menjadi langkah transformatif dalam menjaga salah satu lingkungan paling vital di Bumi," kata Melissa Quinn, Manajer Umum Slingshot Aerospace, dikutip dari Space.
Pihak yang menjadi bagian dari inisiatif itu pun mengatakan bahwa ruang angkasa kini perlu dibatasi. Jika PBB tidak membahas tentang keadaan ruang angkasa yang semakin padat, "(lingkungan ini) akan terus mendapatkan tekanan dari aktivitas manusia."
Orbit Bumi memang tidak seluas beberapa tahun lalu, terlebih lagi setelah megakonstelasi satelit menjadi tren. Sekitar 15 tahun yang lalu, Bumi hanya memiliki seribu satelit yang mengorbit. Namun, jumlah ini telah meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dan akan terus bertambah.
Ketika fungsi satelit sudah berakhir, objek-objek ini akan berubah menjadi puing yang berbahaya. Dengan kata lain, mereka akan menjadi sampah di antariksa. Jika dibiarkan, puing-puing ini dapat bertabrakan dengan objek lain atau bahkan dapat melukai astronot.
BACA JUGA:
Berdasarkan hasil analisis Badan Antariksa Eropa (ESA) pada September tahun lalu, orbit Bumi saat ini memiliki 40.500 serpihan sampah antariksa yang berukuran lebih dari 10cm, sekitar 1,1 juta puing berukuran 1cm hingga 10cm, dan sekitar 139 juta serpihan berukuran kurang dari 1cm.
Berbagai pecahan ini terus mengitari Bumi dengan kecepatan 8km per detik sehingga dapat menghancurkan apa pun yang menghalangi jalan mereka. Maka dari itu, topik penanganan sampah antariksa perlu dibahas dengan sangat serius, khususnya oleh PBB.
"Ini bukan hanya tentang melindungi ruang angkasa demi kepentingannya sendiri," kata Quinn. "Ini tentang memastikan bahwa sistem yang kita andalkan setiap hari tetap tangguh, adil, dan dapat diakses oleh generasi mendatang."