Bagikan:

JAKARTA – Dalam sepekan terakhir, aset kripto Stellar (XLM) mencatatkan kenaikan harganya hingga 180%. Kenaikan ini memperkuat posisi Stellar di jajaran kripto utama, terutama di sektor pembayaran berbasis blockchain. Lalu apakah XLM mampu mempertahankan momentum kenaikan ini atau justru berbalik arah?

Saat ini, kapitalisasi pasar Stellar mencapai 17,3 miliar dolar AS (Rp273 triliun), melampaui Shiba Inu dan mendekati daftar 10 besar kripto terbesar dunia. Dalam 30 hari terakhir, XLM telah melonjak 480%, mencapai harga Rp8.943 dari Rp3.000-an. Melambungnya harga XLM membuatnya semakin dekat dengan rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di 0,6342 dolar AS (atau sekitar Rp10.020).

Pendiri Stellar, Jed McCaleb, menyebut proyek ini sebagai "crypto yang paling diremehkan dan kurang dipahami." Caleb menyatakan hal tersebut dalam postingan di media sosial X, ia menekankan potensi Stellar yang menurutnya masih belum sepenuhnya dieksplorasi.

Lonjakan harga XLM ini juga disokong oleh tren historis. Sebelumnya, XLM mengalami kenaikan serupa pada November 2017 dan 2021, mencerminkan pola siklus yang kini kembali terulang. Para analis optimis, token ini berpeluang memecahkan pola penurunan jangka panjang dan memasuki fase bullish jika mampu melewati level resistansi utama.

Saat penulisan, 26 November 2024, harga XLM diperdagangkan di level Rp7.862. Data dari Coingecko menunjukkan performa harga XLM merosot 5,7% dalam 24 jam terakhir. Turunnya harga XLM dan altcoin lain dipicu terkoreksinya harga Bitcoin sehingga berdampak pada penurunan sebagian besar altcoin.