Bagikan:

JAKARTA - MicroStrategy, perusahaan teknologi yang terkenal dengan akumulasi besar Bitcoin (BTC), kembali mencuri perhatian publik dengan rencananya yang ambisius untuk membentuk "bank Bitcoin". Langkah ini tidak hanya memperkuat posisinya sebagai perusahaan dengan cadangan Bitcoin terbesar, tetapi juga berpotensi mengubah cara dunia memandang dan menggunakan Bitcoin sebagai aset keuangan. Rencana ini membawa dampak besar terhadap harga saham perusahaan, MSTR, yang melonjak hingga mencapai titik tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH).

Dilansir dari Ambcrypto, pada 11 Oktober, saham MicroStrategy naik 15% menjadi 212,50 Dolar AS (Rp3,3 juta) per saham selama sesi perdagangan, melampaui resistensi sebelumnya di angka 200 Dolar AS (Rp3,1 juta). Peningkatan ini terjadi setelah pendiri MicroStrategy, Michael Saylor, mengumumkan kepada para analis di Bernstein bahwa perusahaan berencana menjadi bank Bitcoin dengan valuasi mencapai 1 triliun Dolar AS (Rp15,6 kuadriliun).

Dalam pernyataannya, Saylor menyebutkan bahwa tujuan akhir MicroStrategy adalah menciptakan pasar modal berbasis Bitcoin, termasuk instrumen keuangan seperti ekuitas, obligasi konversi, hingga pendapatan tetap. Rencana besar ini diharapkan dapat memanfaatkan pertumbuhan Bitcoin yang pesat sebagai aset digital terbesar di dunia. Saylor bahkan memproyeksikan bahwa nilai Bitcoin bisa mencapai 3 juta Dolar AS (Rp46,8 miliar) hingga 49 juta Dolar AS (Rp764 miliar) pada tahun 2045.

Lebih lanjut, Saylor menegaskan bahwa satu-satunya hal yang lebih baik dari memiliki Bitcoin adalah memiliki lebih banyak Bitcoin. Pernyataan ini sejalan dengan strategi perusahaan yang terus menambah kepemilikan Bitcoin, yang saat ini tercatat sebanyak 252.220 BTC atau senilai sekitar 15,8 miliar Dolar AS (Rp246 triliun), berdasarkan data dari Bitcoin Treasuries.

Konsep bank Bitcoin yang diusulkan Saylor adalah menciptakan lembaga keuangan yang berbasis pada Bitcoin, mirip dengan lembaga keuangan tradisional yang menawarkan produk berbasis aset lainnya. Namun, daripada meminjamkan Bitcoin yang dimiliki, MicroStrategy lebih memilih menciptakan instrumen keuangan baru yang berbasis pada Bitcoin, seperti obligasi atau saham.

Gagasan ini sebenarnya bukan hal baru. Pada tahun 2010, Hal Finney, salah satu kontributor awal jaringan Bitcoin, pernah mengusulkan konsep serupa. Meski demikian, banyak ahli di pasar yang menyarankan agar teknologi penyimpanan mandiri yang lebih canggih diterapkan guna menjaga transparansi dan kejujuran sistem keuangan yang berbasis Bitcoin.