Bagikan:

JAKARTA - Cloudflare, perusahaan cloud konektivitas terkemuka, menerbitkan Laporan Status Keamanan Aplikasi 2024, yang mengungkapkan bahwa tim keamanan sedang mengalami kesulitan dalam mengatasi risiko siber yang meningkat. 

Laporan tersebut menyoroti jumlah ancaman yang berasal dari masalah rantai pasokan perangkat lunak, meningkatnya jumlah serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS) dan bot berbahaya, seringkali melampaui sumber daya yang dimiliki oleh tim keamanan.

Dunia digital saat ini dijalankan dengan aplikasi web dan API. Aplikasi tersebut memungkinkan situs e-commerce untuk menerima pembayaran, serta mendukung aktivitas yang kita lakukan di ponsel. 

Namun, semakin kita mengandalkan aplikasi, maka semakin besar pula permukaan serangan yang terjadi. Dan jika dibiarkan tidak terlindungi, aplikasi yang dieksploitasi dapat mengakibatkan gangguan bisnis, kerugian finansial, dan kerusakan infrastruktur penting.

Temuan utama dari laporan ini menyebutkan bahwa jumlah dan volume serangan DDoS (37,1 persen) masih menjadi vektor ancaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk menargetkan aplikasi web dan API.

Industri yang sering kali menjadi target di antara lain adalah dunia Gaming dan Perjudian, TI dan Internet, Mata Uang Kripto, Perangkat Lunak Komputer, serta Pemasaran dan Periklanan.

Selain itu, temuan lain juga menyebutkan bahwa sepertiga (31,2 persen) dari seluruh lalu lintas berasal dari bot, sebagian besar (93 persen) di antaranya belum terverifikasi dan berpotensi membahayakan. 

Industri yang paling sering menjadi sasaran adalah Manufaktur dan Barang Konsumsi, Mata Uang Kripto, Keamanan dan Investigasi, dan Pemerintah Federal AS.

“Aplikasi Web jarang dibuat dengan mempertimbangkan keamanan. Meski demikian, kita menggunakannya setiap hari untuk berbagai fungsi penting sehingga menjadi sasaran empuk bagi para peretas,” ujar Matthew Prince, salah satu pendiri dan CEO Cloudflare.