JAKARTA – Teleskop Luar Angkasa Hubble telah beroperasi selama 34 tahun di orbit. Alat pengamat luar angkasa ini berada di ketinggian 515 kilometer dari Bumi dan masih mengumpulkan data tanpa kendala.
Akhir-akhir ini, Hubble mulai mengalami beberapa masalah, seperti giroskop yang salah membaca data. Dengan adanya permasalahan ini, Hubble kini hanya menggunakan satu giroskop, sedangkan giroskop lainnya disimpan sebagai cadangan.
Sebenarnya, masalah ini tidak begitu mengejutkan karena umur Hubble yang terus bertambah. Orbit dari observatorium ini juga perlahan turun dan semakin rendah. Ada kemungkinan teleskop ini akan tutup usia pada 2030-an.
Melihat posisi Hubble di orbit, muncul dua rencana dari para ilmuwan. Beberapa ilmuwan akan membiarkan Hubble masuk kembali ke Bumi dan hancur di atmosfer, sedangkan ilmuwan lainnya ingin mendorong Hubble ke orbit yang lebih tinggi.
BACA JUGA:
Salah satu orang yang ingin menyelamatkan Hubble adalah Jared Isaacman, pemimpin program Polaris Dawn di bawah naungan SpaceX. Miliarder itu mengajukan proposal untuk menyelamatkan Hubble.
NASA membahas ide tersebut untuk waktu yang sangat lama dan pada akhirnya menolak proposal tersebut. Menurut Mark Clampin, Direktur Divisi Astrofisika dan Direktorat Misi Sains NASA, upaya menyelamatkan Hubble memiliki banyak risiko.
"Posisi kami saat ini adalah, setelah mengeksplorasi kemampuan komersial yang ada saat ini, kami tidak akan melakukan peningkatan," kata Clampin dikutip dari Space.
"Kami sangat menghargai analisis mendalam yang dilakukan oleh tim NASA, program SpaceX, dan Polaris."
Sementara itu, Manager Proyek Hubble, Patrick Crouse, yakin bahwa Hubble masih layak untuk beroperasi dan belum ada risiko serius. Cara terbaik untuk mempertahankan kinerja Hubble adalah membiarkan teleskop itu beroperasi hingga akhir.
"Kita dapat mengoperasikan Hubble dengan sangat sukses dan melakukan terobosan ilmu pengetahuan sepanjang sisa tahun 20-an dan hingga tahun 2030-an," ujar Crouse.