Bagikan:

JAKARTA - Bank Sentral Kamboja sedang mengambil langkah untuk mendorong penggunaan mata uang lokal, riel, dengan memanfaatkan sistem keuangan digital yang disebut Bakong. Tujuan utamanya adalah mengurangi ketergantungan pada mata uang asing, terutama dolar Amerika Serikat, dan mempromosikan penggunaan riel dalam perekonomian negara.

Bakong: Memfasilitasi Transaksi Lintas Batas dalam Riel

Menurut gubernur Bank Sentral Kamboja, Chea Serey, yang dikutip dari CoinSpeaker, dalam wawancaranya dengan Nikkei Asia, pembayaran lintas batas menggunakan kode QR yang dilakukan melalui Bakong diharapkan dapat meningkatkan penggunaan mata uang lokal. Hal ini akan memperbaiki nilai riel dan mengurangi dominasi dolar AS dalam ekonomi Kamboja, mengingat lebih dari 80% transaksi dilakukan dalam USD.

Salah satu strategi utama untuk meningkatkan penggunaan riel adalah dengan mendorong transaksi lintas batas dalam mata uang tersebut. Sistem Bakong memungkinkan pembayaran berbasis kode QR antara Kamboja dan negara tetangga seperti Thailand, Laos, dan Vietnam, serta transaksi yang melibatkan UnionPay dari China. Dengan mempromosikan transaksi lintas batas dalam riel, bank sentral Kamboja bertujuan untuk mendorong pedagang melakukan bisnis dalam mata uang lokal. Sehingga, sirkulasi dan adopsi riel di dalam Kamboja dan di perbatasannya akan meningkat.

Serey menambahkan bahwa upaya ini bertujuan untuk mendorong penggunaan riel, namun ia tidak akan mewajibkan penggunaan mata uang lokal melalui kekuatan administratifnya. Bank sentral Kamboja berencana untuk memperluas fungsi lintas batas ini ke India pada awal Juni dan sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Jepang.

BACA JUGA:


Mengurangi Dominasi Dolar dan Mencapai Kemandirian Ekonomi

Tujuan utama dari mempromosikan riel adalah untuk mencapai kemandirian ekonomi yang lebih besar dan mengontrol kebijakan moneter negara. Oleh karena itu, Bakong dianggap sebagai salah satu alat, namun bukan satu-satunya solusi. Pemerintah juga telah menerima pembayaran pajak dan membayar gaji pegawai negeri dalam riel, yang semakin mendukung tujuan mempromosikan penggunaan mata uang lokal.

Sejak diluncurkan pada tahun 2020, sistem Bakong terus mengalami perkembangan untuk memfasilitasi pembayaran baik untuk individu maupun bisnis. Berbeda dengan mata uang digital bank sentral lainnya (CBDC) yang mewakili satu mata uang, Bakong didukung oleh riel Kamboja (KHR) dan dolar AS (USD). Total nilai pembayaran yang telah dilakukan melalui sistem transaksi virtual ini mencapai 70 miliar Dolar AS, hampir dua kali lipat nilai PDB Kamboja. Transaksi dalam riel pada tahun 2023 saja mencapai 20 miliar Dolar AS dari total nilai tersebut, lebih dari dua kali lipat angka tahun 2022.

Meski Bakong mengalami pertumbuhan yang stabil, Serey mengakui bahwa masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, termasuk mengelola aliran modal dan memastikan proses kenali nasabah (KYC) yang tepat bagi pengguna. Gubernur juga berkomentar mengenai mata uang digital secara umum, menyatakan bahwa internasionalisasi mata uang digital, seperti e-CNY dari China, masih memiliki jalan panjang yang harus ditempuh.