Bagikan:

JAKARTA - - Sebuah kapsul luar angkasa membawa pabrik farmasi mini tanpa awak mendarat di gurun Utah pada bulan Februari 2024. Kapsul tersebut membawa kristal obat HIV yang baru dibuat.

Platform orbital ini adalah hasil kerja keras selama empat tahun oleh Varda, perusahaan baru yang berbasis di California. Varda ingin menggunakan kondisi unik mikrogravitasi di orbit rendah Bumi untuk memproduksi obat yang lebih murni dan lebih murah.

Produksi obat di Bumi terkadang menghasilkan bentuk molekul yang tidak diinginkan karena tarikan gravitasi Bumi. Mikrogravitasi di luar angkasa diharapkan dapat mengatasi masalah ini.

Varda bukanlah satu-satunya perusahaan yang berlomba menciptakan obat di luar angkasa. Raksasa farmasi Eli Lilly dan beberapa universitas yang bermitra dengan National Lab di International Space Station juga tengah menguji platform orbital untuk memproduksi berbagai obat, mulai dari obat kanker hingga obat untuk penyakit Alzheimer.

"Dampak mikrogravitasi tampaknya sangat efektif untuk mendapatkan bahan kristal murni yang memiliki sifat unik," kata profesor biokimia Anne Wilson dari Butler University kepada Wall Street Journal minggu ini.

Wilson, yang pernah meneliti tentang kristal obat di lingkungan mikrogravitasi namun tidak berafiliasi dengan Varda, mencatat bahwa mikrogravitasi dapat meningkatkan struktur molekul untuk berbagai bahan khusus, tidak hanya di bidang medis.

Menurut Chief Science Officer Varda, Adrian Radocea, perusahaan tersebut saat ini sedang menganalisis hasil uji coba produksi obat HIV di luar angkasa.

Varda sedang bersiap untuk dua penerbangan lagi pada tahun ini. Penerbangan tersebut akan diluncurkan mulai Juni atau Juli menggunakan roket SpaceX yang dapat digunakan kembali.

Presiden Varda, Delian Asparouhov, mengatakan bahwa perusahaannya telah menandatangani kontrak dengan perusahaan farmasi untuk penerbangan tahun ini dan tiga penerbangan lagi yang dijadwalkan pada tahun 2025. Nama beberapa perusahaan farmasi tersebut akan diumumkan sebelum peluncuran musim panas mendatang.

Selain program luar angkasa, Varda juga memiliki program di Bumi untuk membantu perusahaan farmasi menentukan apakah obat mereka dapat diuntungkan dari proses rumit pembuatan obat di luar angkasa.

Penelitian terbaru oleh dua peneliti Varda yang diterbitkan dalam jurnal Crystal Growth & Design menggunakan sentrifugal untuk melacak molekul obat berstruktur kristal mana yang paling sensitif terhadap gaya gravitasi.

Para ilmuwan perusahaan tersebut menyebut ini sebagai 'platform kristalisasi hipergravitasi'. Mereka berencana menawarkan alat skrining ini kepada calon klien farmasi untuk melihat bagaimana obat mereka sendiri merespons gravitasi.

Para peneliti Varda, Kanjakha Pal dan Radocea, menggunakan asam amino esensial L-histidine dalam pengujian mereka. L-histidine memiliki sifat unik berdasarkan bentuknya dan telah digunakan untuk mengawetkan organ sebelum operasi transplantasi.

"Eksperimen hipergravitasi menunjukkan bahwa gravitasi memengaruhi proses kristalisasi bahkan ketika larutan diaduk dengan kecepatan tinggi [dalam sentrifugal]," tulis Pal dan Radocea.

Menurut mereka, hasil penelitian ini menunjukkan "bahwa gravitasi kemungkinan memainkan peran penting dalam banyak proses kristalisasi molekul kecil."

"Jika kita dapat mengamati tren ini, akan lebih mudah untuk meyakinkan audiens ilmiah," kata Radocea dikutip VOI dari Wall Street Journal.

Para peneliti Varda berharap dapat melakukan eksperimen lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain apa, seperti radiasi kosmik, yang dapat memengaruhi reaksi kimia di orbit rendah Bumi.

"Idealnya," kata salah satu pendiri dan investor Varda, Josh Wolfe, "ini akan menurunkan biaya obat yang sangat mahal dan menyelamatkan jiwa."