Bagikan:

JAKARTA - Google mulai menghapus aplikasi dari 10 perusahaan di India pada Jumat, 1 Maret termasuk beberapa aplikasi perjodohan populer seperti Bharat Matrimony dan aplikasi pencarian kerja Naukri, akibat perselisihan atas pembayaran biaya layanan.

Startup India selama bertahun-tahun telah melakukan protes terhadap banyak praktik raksasa AS tersebut, termasuk biaya dalam aplikasi. Google mengatakan biayanya membantu mengembangkan dan mempromosikan ekosistem aplikasi Android dan Play Store.

Pada Jumat, aplikasi perjodohan Matrimony.com India, termasuk Bharat Matrimony, Christian Matrimony, Muslim Matrimony, dan Jodii dihapus dari Google Play Store, kata pendiri perusahaan itu, Murugavel Janakiraman.

Dia mengatakan ini adalah hari gelap bagi internet India. "Aplikasi kami dihapus satu per satu. Ini secara harfiah berarti semua layanan perjodohan teratas akan dihapus," kata Janakiraman, dikutip VOI dari Reuters.

Aplikasi perjodohan dan situs web kini semakin populer di India karena generasi muda menghindari perjodohan tradisional oleh orang tua mereka.

“Aplikasi Bharat Matrimony dari Matrimony.com telah diunduh lebih dari 50 juta kali,” kata Janakiraman. Perusahaan itu mengklaim memiliki lebih dari 40 juta pelanggan.

Google, unit dari Alphabet Inc, mengirim pemberitahuan pelanggaran Play Store kepada Matrimony.com dan Info Edge pada Jumat.

Aplikasi pencarian kerja Naukri dari Info Edge dan perusahaan pencarian real estat 99acres juga dihapus, menurut daftar Google Play Store.

Saham Matrimony.com turun hingga 2,7% awalnya tetapi ditutup naik 2,2% pada Jumat, sementara Info Edge turun 1,5% sebelum memangkas kerugian.

Perselisihan tersebut berpusat pada upaya beberapa startup India untuk menghentikan Google membebankan biaya 11% hingga 26% untuk pembayaran dalam aplikasi, setelah otoritas persaingan usaha negara itu memerintahkan perusahaan itu untuk membongkar sistem sebelumnya yang membebankan biaya 15% hingga 30%.

Tetapi Google efektif mendapat lampu hijau untuk membebankan biaya atau menghapus aplikasi setelah dua keputusan pengadilan pada Januari dan Februari, salah satunya oleh Mahkamah Agung India.

Sebelumnya pada Jumat, pendiri Info Edge Sanjeev Bikhchandani mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan itu telah membayar semua tagihan tertunda Google tepat waktu dan patuh dengan kebijakannya.

Dalam sebuah pos blog, Google mengatakan 10 perusahaan India telah memilih untuk waktu yang diperpanjang untuk tidak membayar "nilai besar yang mereka terima di Google Play". Perusahaan itu tidak mengidentifikasi perusahaan tersebut.

"Selama bertahun-tahun, tidak ada pengadilan atau regulator yang menolak hak Google Play untuk menagih biaya," kata perusahaan itu.

Google mengatakan memungkinkan beberapa pengembang "mendapatkan perlakuan berbeda dari sebagian besar pengembang yang membayar bagian mereka yang adil menciptakan persaingan yang tidak seimbang."

Google mendominasi pasar India karena 94% ponsel didasarkan pada platform Android-nya. Hanya 3% dari lebih dari 200.000 pengembang India yang menggunakan platform Google Play yang diwajibkan membayar biaya layanan, kata Google.

Pada tahun 2020, Google menghapus aplikasi pembayaran India populer Paytm dari Play Store-nya dengan mengutip beberapa pelanggaran kebijakan. Langkah ini menyebabkan pendiri perusahaan dan industri startup yang lebih luas bergabung untuk menantang Google dengan meluncurkan toko aplikasi mereka sendiri dan mengajukan kasus hukum.