Mengintip Jeroan Jet Tempur Rafale, Calon Garda Baru Penjaga Langit Nusantara
Pesawat tempur Rafale (Airforce-Technology)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dikabarkan meneken kontrak untuk pembelian pesawat jet Rafale serta satu kuadron jet tempur F-15 EX dari Amerika Serikat (AS). Rencananya, pengiriman jet tempur tersebut bakal berlangsung hingga tiga tahun ke depan.

Mengutip keterangan dari Asia Times, tak hanya jet tempur. Pemerintah Indonesia turut menyertakan beberapa produk lain dalam daftar pembelian.

Antara lain delapan Boeing F-15s, pesawat angkut C-130J Super Hercules dari Lockheed Martin, tiga buah pesawat tanker Airbus A330, enam drone MQ-1 predator, serta sistem radar peringatan bikinan Leonardo dari Itali.

Pengamat militer Connie Rahakundini menilai bahwa rencana pembelian jet Rafale serta skuadron jet tempur F-16 EX lebih aman ketimbang pesawat Sukhoi Su-35 bikinan Rusia. Pasalnya, Indonesia dibayangi sanksi dari Amerika Serikat seperti tertera pada  The Countering America’s Adversaries Through Sanctions Ad (CAATSA).

“Sanksi yang berimbas serius bagi Indonesia. CAATSA lahir dari ide Amerika menyikat Rusia dari persenjataan dunia,” jelas Connie dikutip dari CNBC, Kamis, 25 Februari.

Senjata pesawat tempur Rafale (Airforce-Technology)

Kemampuan Jet Dassault Rafale  

Melansir keterangan One India, Dassault Rafale adalah pesawat tempur dengan mesin jet ganda yang bisa beroperasi dari kapal induk serta pangkalan tepi pantai. Sementara itu, Popular Mechanics menilai bahwa sayap pesawat berbentuk

Pesawat serbaguna ini mampu melakaukan semua misi penerbangan tempur; mulai dari misi pertahanan udara, serangan mendalam, pengintaian, pencegahan nuklir, air superiority, dukungan udara jarak dekat, serta serangan anti-kapal.

Sebagai pesawat yang bisa berperan penting dalam banyak skenario pertempuran, Rafale juga bisa dibekali berbagai jenis senjata. Mengutip keterangan Airforce Technology, pesawat tempur Rafale bisa membawa muatan pada sayap dengan bobot lebih dari 9t.

Rafale versi Angkatan Udara bisa dibekali 14 muatan di bagian sayap. Sedangkan Rafale versi Angkatan Laut bisa membawa 13 muatan pada bagian sayap.

Jenis persenjataan yang bsia dibawa meliputi: rudal udara ke udara, Mica, Magic, Sidewinder, ASRAAM dan AMRAAM; rudal udara ke darat Apache, AS30L, ALARM, HARM, Maverick, dan PGM100; rudal anti kapal Exocet, AM30, Penguin 3, dan Harpoon.

Untuk misi strategis, Rafale bisa mengirimkan rudal nuklir stand-off MBDA ASMP. Pada bulan Desember 2004, perusahaan sudah meningkatkan kemampuan pesawat sehingga mampu membawa rudal jelajah stand-off MBDA Storm Shadow atau Scalp EG.

Rafale mulai dioperasikan oleh Angkatan Laut Prancis pada tahun 2004 lalu. Dua tahun berselang, jet tempur yang diakui lincah ini akhirnya diadaptasi oleh Angkatan Udara Prancis.

Hingga saat ini, pesawat jet tempur Rafale sudah memiliki lebih dari 30.000 jam terbang dan dipakai pada zona pertempuran di negara kawasan Timur Tengah.

Negara-negara yang sudah mencicipi ketangguhan pesawat bikin Prancis ini antara lain Afganistan, Mali, Libya, Suriah, Irak, Mesir, Qatar, serta India. Dan Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengandalkan pesawat tempur jet Rafale sebagai pelindung angkasa.