JAKARTA – Apple berencana memberikan royalti tambahan bagi artis atau pembuat musik yang menawarkan dukungan audio spasial. Rupanya, ada beberapa pihak yang tidak menyukai kebijakan baru ini.
Dilaporkan oleh Financial Times, beberapa label rekaman indie mengaku kesal dengan regulasi tersebut. Bagi mereka, regulasi yang masih direncanakan ini akan merugikan artis atau label kecil karena pendapatan mereka akan diambil.
Dugaan ini muncul karena Apple akan memberikan bayaran dari sumber dana yang tetap. Baik menawarkan atau tidak menawarkan dukungan audio spasial, seluruh artis dan label rekaman akan mendapatkan bayaran dari sumber yang sama.
Salah satu eksekutif label rekaman mengaku prihatin dengan kebijakan ini. Jika pendapatan para artis berkurang, hal ini mungkin bukan terjadi karena lagu-lagu mereka tidak diputar, tetapi karena uang mereka dialirkan ke label yang lebih besar.
BACA JUGA:
“Jika (kebijakan ini) mengambil antara 5 hingga 10 persen dari pendapatan global Anda dan bukan karena lagu-lagu tersebut tidak diputar, tetapi karena Anda kehilangan uang tersebut dan uang tersebut masuk ke Universal, pemain terbesar di pasar.”
Selain merugikan dari sisi pendapatan, ada beberapa faktor yang memberatkan label kecil untuk menghadirkan dukungan audio spasial. Teknologi audio yang lebih modern ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sekitar 1.000 dolar AS (Rp15,7 juta) per lagu.
Jika audio spasial ditambahkan ke satu album, biaya yang dihabiskan akan mencapai 10 kali lipat. Hal ini akan memberatkan label kecil karena pendapatan mereka belum tentu menutupi pengeluaran. Oleh karena itu, label-label ini ingin berdiskusi langsung dengan pihak Apple.