BNPB: El Nino Pengaruhi Jumlah Curah Hujan di Tahun 2023
Deputi Bid. Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan (Rana VOI)

Bagikan:

JAKARTA – Indonesia mengalami fenomena El Nino dan pemanasan Suhu Muka Laut (SML)  sejak pertengahan tahun ini. Meski fenomena ini masih berlangsung, kondisinya sudah cukup melemah.

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan mengatakan bahwa indeks El Nino di Indonesia saat ini sedang positif. Artinya, fenomena El Nino tahun ini sedang berada di atas kondisi normal.

“Saat ini, wilayah Indonesia itu dipengaruhi fenomena El Nino yang saat ini indeksnya moderat, 2,19 positif,” kata Fajar dalam Konferensi Pers Prediksi Cuaca dan Antisipasi Bencana Jelang Nataru pada Jumat, 22 Desember.

Melihat indeks yang semakin positif, tentu El Nino telah membawa dampak yang cukup terasa bagi curah hujan. Menurut temuan BNPB, curah hujan di tahun ini berkurang cukup jauh jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Kita lihat pada beberapa tahun yang lalu, kita melihat satu contoh ini, jumlah curah hujan di Juanda itu berkisar 2.800 sampai 2.900 milimeter per tahun. Namun, kemarin hingga awal Desember baru mencapai 1.700,” jelas Fajar.

Fajar tidak menjelaskan lebih jauh mengenai dampak berkurangnya curah hujan karena El Nino ini. Namun, Fajar mengatakan bahwa fenomena ini akan terus berlanjut hingga Februari atau Maret tahun depan.

Sebenarnya, El Nino bukan fenomena yang baru. El Nino sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu dan umumnya terjadi sekitar dua hingga tujuh tahun sekali. Namun, karena masalah pemanasan global, jangka waktu El Nino menjadi dua hingga tiga tahun sekali.

Hal ini tentu menjadi perhatian oleh masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Indonesia. Beberapa waktu lalu, Kepala BMKG Dwikorta Karnawati mengatakan bahwa perubahan iklim adalah masalah yang serius.

Pasalnya, perubahan iklim bisa membuat indeks El Nino semakin positif. Jika El Nino terus terjadi secara intens setiap dua hingga tiga tahun sekali, ada kemungkinan Indonesia ataupun negara lain akan menghadapi kekeringan dan keterbatasan sumber daya air serta pangan.

Maka dari itu, berbagai negara di dunia terus menyuarakan pencegahan dari perubahan iklim, salah satunya dengan menekan emisi karbon. Saat emisi nol bersih mampu tercapai, polusi karbon akan segera tertangani dan masalah perubahan iklim tak akan sering terjadi seperti saat ini.