FIA Uji Coba Kecerdasan Buatan untuk Atasi Pelanggaran Batas Trek di Grand Prix Abu Dhabi
Balapan formula 1 akan menggunakan teknologi AI untuk deteksi pelanggaran. (foto: x @f1)

Bagikan:

JAKARTA - - Fédération Internationale de l'Automobile (FIA), badan pengatur Formula One, tengah melakukan uji coba kecerdasan buatan (AI) guna mengatasi pelanggaran batas trek pada Grand Prix Abu Dhabi akhir pekan ini.

FIA yang berbasis di Paris menyatakan akan menggunakan teknologi 'Computer Vision' yang menggunakan analisis bentuk untuk menghitung jumlah piksel yang melintasi tepi lintasan.

AI akan memilah pelanggaran yang sebenarnya, di mana pembalap melintasi garis putih di tepi lintasan dengan keempat roda, mengurangi beban kerja Pusat Operasi Jarak Jauh (ROC) FIA dan mempercepat respons.

Grand Prix Austria pada 2 Juli menjadi puncak tertinggi bagi olahraga ini, dengan hanya empat orang harus memproses sekitar 1.200 pelanggaran potensial.

Pada akhir pekan Qatar bulan Oktober yang menentukan juara, delapan orang ditugaskan untuk menilai batas trek dan memantau 820 kali melewati tikungan, dengan 141 laporan dikirimkan ke kendali balapan yang kemudian menghapus 51 putaran.

Meskipun demikian, beberapa pelanggaran tetap tidak dihukum pada Grand Prix Amerika Serikat di Austin bulan Oktober.

Para steward menyatakan bulan ini bahwa ketidakmampuan mereka untuk menegakkan pelanggaran batas trek di tikungan keenam adalah "sangat tidak memuaskan" dan solusi perlu ditemukan sebelum musim depan dimulai.

Tim Malyon, Kepala Operasi Jarak Jauh dan Deputi Direktur Balapan FIA, mengatakan teknologi Computer Vision telah digunakan secara efektif dalam bidang medis, seperti memindai data dari pemeriksaan kanker.

"Mereka tidak ingin menggunakan Computer Vision untuk mendiagnosis kanker, apa yang mereka inginkan adalah menggunakan itu untuk menolak 80% kasus di mana jelas tidak ada kanker untuk memberikan waktu lebih kepada para profesional yang terlatih untuk melihat 20%," katanya.

Malyon mengatakan lapisan tambahan Computer Vision akan mengurangi jumlah pelanggaran potensial yang dipertimbangkan oleh ROC, dengan lebih sedikit lagi yang akan diteruskan ke kendali balapan untuk tindakan lebih lanjut.

"Imperatif terbesar adalah memperluas fasilitas dan terus berinvestasi dalam perangkat lunak, karena itulah cara kita akan membuat kemajuan besar," katanya. "Pesan akhir bagi saya adalah terbuka terhadap teknologi baru dan terus berkembang."

"Saya sudah berkali-kali mengatakan bahwa manusia saat ini unggul dalam beberapa area. Mungkin saat ini begitu, tetapi kita merasa bahwa pada akhirnya, sistem penegakan hukum otomatis waktu nyata adalah masa depan yang baik," ujarnya.