Bagikan:

JAKARTA - Sebuah alat kecerdasan buatan (AI) telah muncul untuk membantu dokter dalam melawan tumor otak agresif. Alat ini membantu mengidentifikasi karakteristik penting yang memberikan panduan selama operasi.

Cryosection Histopathology Assessment and Review Machine (Charm) adalah alat canggih yang menganalisis gambar dengan efisien untuk mengidentifikasi profil genetik glioma, jenis tumor otak agresif. Saat ini, proses ini membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu. Kun-Hsing Yu, penulis senior laporan pada 7 Juli di Med, menjelaskan bahwa para ahli bedah mengandalkan diagnosis rinci untuk memandu operasi mereka.

Meskipun keakuratan alat ini belum sebanding dengan tes genetik saat ini, alat ini dapat dengan cepat memprediksi profil tumor. Menurut Yu, analisis cepat ini memungkinkan dokter untuk melanjutkan perawatan yang tepat tanpa perlu menjadwalkan dan melakukan operasi tambahan, sehingga menghemat waktu yang berharga.

Selain itu, Charm dapat membedakan antara sel tumor ganas dan jinak serta menentukan tingkat keganasan tumor. Ini adalah penilaian yang biasanya dilakukan oleh patolog manusia selama operasi. Namun, menurut Yu, Charm dapat menghilangkan kebutuhan untuk menunggu selama 10 hingga 15 menit atau kehadiran seorang patolog yang siap siaga selama operasi.

Glioma, terutama jenis yang agresif yang dikenal sebagai glioblastoma, merupakan ancaman yang signifikan, dengan kasus yang tidak diobati menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari enam bulan. Menurut Asosiasi Bedah Saraf Amerika, sayangnya, hanya 17% individu yang didiagnosis dengan glioblastoma yang bertahan hidup melebihi dua tahun kedua.

Yu dan timnya melatih algoritme pembelajaran mesin menggunakan gambar sampel operasi otak dan memvalidasi keakuratannya dengan diagnosis pasien. Charm lebih baik dalam mengidentifikasi profil genetik tumor daripada sistem AI lainnya.

Saat membuat keputusan penting tentang sejauh mana pengangkatan jaringan dan penggunaan pelepah berlapis obat dalam mengobati tumor glioma, ahli bedah sangat mengandalkan profil genetik tumor. Sayangnya, saat ini mendapatkan informasi ini memakan waktu yang lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Yu dan timnya merupakan bagian dari berbagai inisiatif yang menggunakan AI untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan kanker. Dalam editorial yang terbit dalam edisi Juni, Lancet Oncology, kemampuan sistem-sistem tertentu tersebut ditekankan karena kemampuannya mengidentifikasi dengan akurat individu dengan risiko tinggi terkena kanker pankreas, paru-paru, dan payudara.