JAKARTA - Seiring berkembangnya teknologi, produsen ponsel cerdas (smartphone) Android menawarkan berbagai cara berbeda untuk mengunci layar. Seperti, mengatur kunci pola, PIN atau kata sandi, hingga sidik jari atau bahkan wajah Anda.
Pilihan yang begitu beragam dapat membingungkan. Jadi, sebagai perusahaan global cyber security, Kaspersky menjabarkan metode mana yang paling aman, dan mana yang paling praktis.
Kode PIN
Secara teori, kode PIN terutama yang panjang, terdiri dari enam atau delapan digit sudah bisa menjadi opsi yang cukup aman untuk melindungi ponsel cerdas Anda.
Tetapi ada beberapa poin penting yang perlu diingat. Pertama, sebuah PIN idealnya berupa deretan angka acak. Agar kode PIN dapat melindungi ponsel Anda secara efektif, kode tersebut harus dirahasiakan. Jadi, jika seseorang ingin mengintip kode PIN Anda, mereka memiliki banyak peluang.
Kata sandi
Dengan kombinasi karakter yang menggunakan angka dan huruf, kata sandi jauh lebih aman daripada kode PIN yang panjang sekalipun. Namun terdapat kekurangan yang jelas, memasukkan kata sandi yang panjang ratusan kali sehari menjadi sangat membosankan. Maka, tindakan pengamanan seperti itu hanya cocok sebagai opsi cadangan, yang melengkapi upaya lebih nyaman dalam membuka kunci ponsel katakanlah, menggunakan sidik jari Anda.
Kunci pola/Pattern Lock
Kunci pola mungkin merupakan cara yang paling tidak aman untuk melindungi ponsel cerdas Anda. Secara teori, ada sekitar 390 ribu kemungkinan pola kunci pada perangkat Android. Beberapa dari mereka benar-benar kompleks. Namun pada prakteknya kebanyakan orang menggunakan pola yang sangat pendek dan mudah ditebak.
Dalam sekitar 50 persen kasus, pola dimulai dari sudut kiri atas artinya, titik awalnya sangat mudah diprediksi. Dan tentu saja, orang cenderung menggunakan bentuk yang mudah diingat untuk kunci pola mereka. Itu membuat menebak sebuah pola yang tepat jauh lebih mudah daripada yang kita duga.
BACA JUGA:
Selain itu, tidak terlalu sulit untuk mengintip seseorang yang memasukkan kunci pola dan mengingatnya melalui gerakan jari yang khas lebih mudah dilacak daripada menyentuh tombol virtual.
Sidik jari
Teknologi yang digunakan untuk membuka kunci ponsel cerdas dengan sidik jari sudah hadir sejak 10 tahun lalu. Namun, tentu saja ada kekurangannya, yaitu ada beberapa cara untuk masuk ke ponsel dengan membuat sidik jari palsu dari pemilik ponsel.
Selain itu, para peneliti baru-baru ini menemukan sejumlah kerentanan terkait dengan metode otentikasi ini. Ada serangan yang mengeksploitasi kerentanan ini bernama BrutePrint. Itu memungkinkan peretas untuk memaksa mekanisme pengenalan sidik jari.
Pengenalan wajah
Sayangnya, untuk Android tidak ada analog lengkap dari teknologi ID Wajah yang sudah mapan seperti yang digunakan pada iPhone. Ponsel cerdas Android menggunakan kamera depan untuk pengenalan wajah. Ini adalah metode yang jauh lebih tidak aman dan mudah untuk diakali.
Bahkan apabila pengguna menggunakan ponsel cerdas Android lain yang memungkinkan mengonfirmasi pembayaran dengan wajah, kecil kemungkinan teknologi yang berjalan di atasnya lebih aman.
Menurut pandangan Kaspersky, untuk pemilik ponsel pintar Android lebih baik menghindari menggunakan pengenalan wajah untuk membuka kunci ponsel Anda.