Bagikan:

JAKARTA - Berbekal data dari Teleskop Ruang Angkasa James Webb, para ilmuwan berhasil menemukan air pada komet di sabuk asteroid utama.

Para ilmuwan Tata Surya telah lama mempelajari asal-usul air yang memungkinkan kehidupan di Bumi. Kini menggunakan instrumen NIRSpec (Near-Infrared Spectrograph) Teleskop Webb mereka berhasil mengungkapnya.

Para ilmuwan telah memastikan gas, khususnya uap air berada tepat di sekitar komet di sabuk asteroid utama untuk pertama kalinya, membuktikan air dari Tata Surya purba dapat terawetkan sebagai es di wilayah tersebut.

Namun berdasarkan studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, keberhasilan pendeteksian air datang dengan teka-teki baru. Di mana tidak seperti komet lainnya, Komet 238P/Read tidak memiliki karbon dioksida yang dapat dideteksi dengan mudah.

"Dunia kita yang dipenuhi air, penuh dengan kehidupan dan unik di alam semesta sejauh yang kita tahu, adalah suatu misteri - kita tidak yakin bagaimana semua air ini sampai di sini," ujar Deputi Ilmuwan Proyek Webb untuk Planetary Science dan rekan penulis studi yang melaporkan temuan tersebut, Stefanie Milam.

“Memahami sejarah distribusi air di Tata Surya akan membantu kita untuk memahami sistem planet lain, dan jika mereka bisa menjadi tuan rumah planet mirip Bumi,” tambahnya.

Komet 2384P/Read merupakan komet sabuk utama, yakni objek yang berada di sabuk asteroid utama tetapi secara berkala menampilkan halo atau koma dan ekor seperti komet.

Komet sabuk utama sendiri adalah klasifikasi yang cukup baru, dan Komet 2384/Read adalah salah satu dari tiga komet asli yang digunakan untuk menetapkan kategori tersebut.

Sebelumnya, komet ditereteksi berasal dari Sabuk Kuiper dan Awan Oort, di luar orbit Neptunus, tempat esnya dapat terawetkan lebih jauh dari Matahari.

Bahan beku yang menguap saat mendekati Matahari inilah yang membuat koma dan ekornya mengalir menjadi ciri khas komet tersebut, membedakannya dari asteroid.

Para ilmuwan telah lama berspekulasi es air dapat terawetkan di sabuk asteroid yang lebih hangat, di dalam orbit Jupiter, tetapi bukti definitif sulit dipahami hingga Teleskop Webb mengungkapkannya.

"Di masa lalu kami telah melihat objek di sabuk utama dengan semua karakteristik komet, tetapi hanya dengan data spektral yang tepat dari Webb ini kami dapat mengatakan ya, pasti air es yang menciptakan efek itu," ujar astronom Michael Kelley dari University of Maryland, penulis utama studi tersebut.

“Dengan pengamatan Webb terhadap Comet Read, kami sekarang dapat menunjukkan bahwa es air dari Tata Surya awal dapat terawetkan di sabuk asteroid,” imbuhnya.

Karbon dioksida yang hilang adalah kejutan lebih besar. Biasanya karbon dioksida membentuk sekitar 10 persen bahan mudah menguap di komet yang dapat dengan mudah diuapkan oleh panas Matahari.

Lebih lanjut, para ilmuwan menyajikan dua kemungkinan penjelasan untuk kekurangan karbon dioksida. Salah satunya adalah Komet 2384P/Read, yang memang memiliki karbon dioksida saat terbentuk, tetapi telah hilang karena suhu hangat.

“Berada di sabuk asteroid untuk waktu yang lama dapat menyebabkannya – karbon dioksida menguap lebih mudah daripada es air, dan dapat meresap keluar selama miliaran tahun,” kata Kelley.

Alternatifnya, ditambahkan Kelley, Komet 2384P/Read mungkin terbentuk di kantong yang sangat hangat di Tata Surya, di mana tidak ada karbon dioksida di sana.

"Langkah selanjutnya adalah mengambil penelitian di luar Komet 2384P/Read untuk melihat bagaimana perbandingan komet sabuk utama lainnya," ucap astronom Heidi Hammel yang juga merupakan penulis studi.

“Benda-benda di sabuk asteroid ini kecil dan redup, dan dengan Webb kita akhirnya bisa melihat apa yang terjadi dengan mereka dan menarik beberapa kesimpulan. Apakah komet sabuk utama lainnya juga kekurangan karbon dioksida? Apa pun itu, akan menyenangkan untuk mengetahuinya,” jelas Hammel.

Terakhir, Milam membayangkan kemungkinan akan membawa penelitian lebih dekat ke rumah (Bumi).

“Sekarang Webb telah mengonfirmasi bahwa ada air yang terawetkan sedekat sabuk asteroid, akan sangat menarik untuk menindaklanjuti penemuan ini dengan misi pengumpulan sampel, dan mempelajari apa lagi yang dapat diberitahukan oleh komet sabuk utama kepada kita," tuturnya.