Bagikan:

JAKARTA - Pasar kripto memasuki awal tahun 2021 dengan tren kenaikan yang signifikan, terutama bagi Bitcoin (BTC) yang mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah di harga Rp984 jutaan per koin pada bulan April. Namun, sejak awal Mei, pasar kripto mengalami penurunan yang cukup besar dan hingga saat ini terus menunjukkan volatilitas yang tinggi.

Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, sedang mengalami tekanan jual dalam seminggu terakhir. Berdasarkan data dari CoinMarketCap, Bitcoin diperdagangkan dengan harga Rp340 jutaan saat berita ini ditulis. Harga BTC turun 2,51 persen dalam 24 jam terakhir. Sementara dalam dua pekan belakangan BTC terjun 8,6 persen. Penurunan ini menjadi perhatian para pelaku pasar karena harga Bitcoin terus menunjukkan kelemahan pada grafik.

Penyedia data on-chain Glassnode juga baru-baru ini melaporkan bahwa hampir 40.000 Bitcoin dari dompet yang terkait dengan penyitaan penegakan hukum Pemerintah AS saat ini sedang bergerak. Beberapa di antaranya bahkan telah pindah ke bursa kripto Coinbase. Glassnode mencatat bahwa sekitar 9.861 BTC yang disita dari peretas Silk Road telah dikirim ke klaster Coinbase mereka.

Analis kripto populer Ali Martinez melaporkan bahwa jumlah total alamat Bitcoin yang menyimpan lebih dari 1.000 Bitcoin juga telah turun selama seminggu terakhir. Hampir 24 alamat Bitcoin telah mendistribusikan kembali Bitcoin mereka dan keluar dari jaringan selama seminggu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa para investor besar sedang menjual Bitcoin mereka.

Karena Bitcoin terus turun di bawah level support krusialnya, beberapa analis memperkirakan bahwa harga BTC dapat turun lebih jauh di bawah 20.000 dolar AS. Faktor makro juga tidak mendukung reli lebih lanjut untuk saat ini. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral akan melanjutkan kenaikan suku bunga dan berkomitmen untuk membawa inflasi di bawah 2 persen. Ini menunjukkan bahwa Bitcoin akan menghadapi tantangan lebih besar di masa depan.

Namun, ada juga berita positif di tengah tekanan jual ini. Pada hari Selasa, seorang hakim di pengadilan AS mencecar SEC atas penolakannya terhadap ETF Bitcoin spot. Akibatnya, harga saham GBTC menguat lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku pasar masih melihat potensi dalam aset kripto, meskipun Bitcoin sedang menghadapi tantangan yang cukup besar saat ini.

Dalam beberapa pekan terakhir Bitcoin sedang mengalami tekanan jual dalam seminggu terakhir dan harga BTC terus menunjukkan kelemahan pada grafik. Faktor makro juga tidak mendukung reli lebih lanjut untuk saat ini. Namun, ada juga berita positif di tengah tekanan jual ini, yaitu hakim di pengadilan AS mencecar SEC atas penolakannya terhadap ETF Bitcoin spot. Hal ini menunjukkan bahwa aset kripto masih memiliki potensi di masa depan.