Belanda Gelar Konferensi AI untuk Kepentingan Militer, AS dan China Dijadwalkan Hadir
Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra (foto: twitter @WBHoekstra)

Bagikan:

JAKARTA - Delegasi dari Amerika Serikat dan China dijadwalkan akan menghadiri pertemuan puncak tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang "bertanggung jawab" di militer pekan ini di Belanda. Ini adalah sebuah pertemuan pertama dari jenisnya selama ini.

Meskipun tidak jelas bahwa 50 negara yang hadir akan setuju untuk mendukung pernyataan prinsip yang lemah yang dirancang oleh Belanda dan co-host Korea Selatan, konferensi ini diadakan karena minat terhadap AI secara lebih luas berada pada titik tertinggi sepanjang masa berkat peluncuran program ChatGPT OpenAI dua bulan lalu.

Penyelenggara tidak mengundang Federasi Rusia karena konflik di Ukraina, yang akan menjadi topik utama diskusi di KTT yang berlangsung mulai 15-16  Februari di Den Haag.

"Ini adalah gagasan yang waktunya telah tiba," kata Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra kepada anggota pers asing menjelang acara tersebut.

"Kami mengambil langkah pertama dalam mengartikulasikan dan bekerja menuju penggunaan AI yang bertanggung jawab di militer nantinya," ungkap Hoekstra, dikutip Reuters.

Peristiwa tersebut mungkin merupakan langkah awal menuju suatu hari nanti untuk mengembangkan perjanjian senjata internasional tentang AI, meskipun hal itu terlihat masih jauh.

Negara-negara terkemuka sejauh ini enggan untuk menyepakati batasan apa pun atas penggunaannya, karena khawatir hal itu akan merugikan mereka.

Sekitar 2.000 orang termasuk pakar dan akademisi menghadiri konferensi di samping KTT tersebut, dengan topik diskusi termasuk drone pembunuh dan bot pembantaian.

Departemen Pertahanan A.S. akan membahas di mana mereka melihat potensi kerja sama internasional pada sebuah presentasi pada Kamis, 15 Februari.

Seorang juru bicara Kedutaan Besar China di Belanda mengacu pada kertas posisi di mana China menggarisbawahi perlunya menghindari "salah perhitungan strategis" dengan AI dan untuk memastikannya tidak secara tidak sengaja meningkatkan konflik.

Negara-negara anggota PBB yang termasuk dalam Konvensi 1983 tentang Senjata Konvensional Tertentu (CCW) telah membahas kemungkinan pembatasan pada sistem senjata otonom yang mematikan - yang dapat membunuh tanpa campur tangan manusia - sejak 2014.

Hoekstra mengatakan KTT tidak akan menggantikan perdebatan itu tetapi akan melihat aspek lain dari AI militer.

Contohnya termasuk definisi istilah, bagaimana AI dapat digunakan dengan aman untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam konteks militer, dan bagaimana AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi target yang sah.

"Kami bergerak ke bidang yang tidak kami ketahui, yang kami tidak memiliki pedoman, aturan, kerangka kerja, atau kesepakatan. Tapi kami akan membutuhkannya lebih cepat daripada nanti," kata Hoekstra.