JAKARTA - Penjahat dunia maya kerap memanfaatkan sesuatu yang sedang tren untuk tujuan jahat, dan ChatGPT berpotensi menjadi sasaran empuknya.
Menurut manajer kelompok intelijen ancaman di Check Point, Sergey Shykevich para peretas telah mengadopsi alat chatbot yang dibesut OpenAI itu lebih cepat dari yang diperkirakan.
Shykevich dan timnya mengatakan melihat penjahat dunia maya yang berbasis di Rusia pada forum bawah tanah mendiskusikan sebuah solusi untuk membawa ChatGPT ke sisi gelap.
Di samping itu, Shykevich khawatir alat penghasil teks ini dapat dimanfaatkan untuk bereksperimen dengan membuat malware polimorfik, yang dapat digunakan dalam serangan ransomware.
Dijuluki polimorfik karena bermutasi untuk menghindari deteksi dan identifikasi oleh antivirus. Tidak hanya itu, penjahat berketerampilan rendah pun dapat menggunakan bot OpenAI untuk menghasilkan malware sepele yang berhasil menginfeksi jaringan yang tidak terlindungi dengan baik.
ChatGPT juga dapat digunakan untuk menghasilkan teks secara otomatis dalam upaya phishing dan penipuan online lainnya, jika filter konten AI dapat dihindarkan.
"Ini memungkinkan orang yang tidak memiliki pengetahuan dalam pengembangan untuk membuat kode alat berbahaya dan dengan mudah menjadi pengembang yang diduga. Itu hanya menurunkan standar untuk menjadi penjahat dunia maya," ungkap Shykevich kepada The Register yang dikutip Sabtu, 21 Januari.
Dalam tangkapan layar yang diunggah di blog Check Point, para peneliti menunjukkan penjahat bertanya kepada penjahat lain bagaimana cara menggunakan kartu kredit curian untuk membayar status pengguna yang ditingkatkan di OpenAI.
BACA JUGA:
Selain itu, peretas juga berdiskusi tentang bagaimana cara melewati alamat IP, nomor telepon, dan kontrol geo lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah pengguna Rusia mengakses chatbot.
Rusia adalah salah satu dari segelintir negara yang dilarang menggunakan OpenAI. Tim peneliti juga menemukan beberapa tutorial bahasa Rusia di forum tentang cara melewati verifikasi SMS OpenAI dan mendaftar ke ChatGPT.
Para peneliti yakin, peretas ini kemungkinan besar mencoba menerapkan dan menguji ChatGPT ke dalam operasi kriminal sehari-hari mereka.
"Pelaku kejahatan dunia maya semakin tertarik dengan ChatGPT, karena teknologi AI di baliknya dapat membuat peretas lebih hemat biaya," jelas Shykevich.