JAKARTA - Menurut survei yang dilakukan oleh Alex Mahadevan, direktur MediaWise di Poynter Institute dan mitranya YouGov tentang literasi media digital kepada ribuan siswa sekolah menengah dan atas, mereka menemukan mayoritas dari jumlah mereka melihat informasi palsu setiap minggu.
"Survei menemukan bahwa 62 persen responden berpikir mereka melihat informasi palsu atau menyesatkan setidaknya setiap minggu," tulis tim kata kunci Google dalam blognya.
In a recent @Poynter & @YouGov study, 62% of global respondents said they see false or misleading info on a weekly basis. 🧐
See how different generations verify info and learn more about information literacy with @GoogleNews and Search → https://t.co/4tBwnDfAql pic.twitter.com/IvGS6mZqzy
— Google (@Google) August 11, 2022
Survei ini dilakukan terhadap 8.500 responden dari berbagai usia di Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Jerman, Nigeria, India, dan Jepang. Tujuannya adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana orang lintas generasi memverifikasi informasi dan memutuskan apa yang dipercaya dan dibagikan secara online.
Hasilnya, orang-orang sadar bahwa ini adalah masalah serius. Sekiranya, 50 persen dari semua responden Gen X, Milenial, dan Gen Z (usia 18 - 57 tahun) mengatakan bahwa mereka khawatir keluarga mereka terpapar informasi palsu ini.
BACA JUGA:
Menurut hasil survei, Alex mengungkapkan bahwa Gen Z dua kali lebih mungkin untuk menggunakan mesin pencari untuk memverifikasi informasi dibandingkan Silent Generation/Generasi Bisu (usia >68) dan Baby Boomer (Generasi setelah generasi bisu).
Lebih lanjut, Gen Z juga lebih cenderung menggunakan teknik pencarian lanjutan, seperti pencarian gambar terbalik, atau terlibat dalam pembacaan lateral.
Kesimpulannya adalah, bahwa Gen Z, Milenial, dan Gen X merasa sedikit lebih percaya diri dalam mengidentifikasi informasi yang salah atau menyesatkan daripada boomer dan Silent Generation.