JAKARTA - Pemerintah berencana untuk meluncurkan visa digital nomad untuk fasilitasi turis selama bekerja jarak jauh di Indonesia.
Digital nomad ini akan menyambut sistem kerja di mana pekerja dapat bekerja di mana saja alias Work From Anywhere (WFA) dengan teknologi yang ada.
Sementara tren digital ini memberikan banyak kemudahan bagi individu dan bisnis, namun kerentanan keamanan potensial harus menjadi prioritas utama untuk ditangani.
Kebebasan dari perimeter perusahaan dapat menimbulkan risiko keamanan siber yang serius mulai dari penggunaan Wi-Fi publik, masalah phishing yang terus berulang, router yang terinfeksi, perangkat lunak usang, dan bahkan kehilangan perangkat yang digunakan untuk bekerja.
Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, merilis analisis ancaman terbarunya bagi Indonesia untuk membidik risiko yang ada secara online dan offline dan bagaimana bisnis, individu, dan lembaga pemerintah dapat memerangi kejahatan siber ini sambil merangkul tren digital seperti WFA (bekerja dari mana saja).
Data statistik terakhir Kaspersky menunjukkan sebanyak 11,083,474 ancaman online di internet berhasil diblokir oleh komputer dari peserta KSN di Indonesia selama periode April hingga Juni tahun ini.
Penurunan ancaman online di kuartal kedua 2022
Selama periode ini, produk Kaspersky mendeteksi 11,083,474 ancaman siber dalam komputer peserta KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, sebesar 25.2 persen dari pengguna terserang ancaman online yang bersumber dari situs di periode ini.
Hal ini menempatkan Indonesia dalam peringkat ke-69 di seluruh dunia dalam hal ancaman yang diasosiasikan dari berselancar di internet.
Meski demikian, ada kabar baik di mana angka tersebut menurun dibandingkan tahun lalu, dengan total 18,488,946 deteksi ancaman. Angka ini juga terlihat menurun sebesar 6.09 persen dibandingkan 11,802,558 deteksi di kuartal pertama tahun 2022.
Eksploitasi kerentanan di browser, plugin (unduh dengan drive) dan rekayasa sosial masih merupakan metode utama bagi pelaku kejahatan siber untuk menembus sistem secara berbahaya.
BACA JUGA:
Turut menurunnya deteksi dari ancaman lokal
Kecenderungan yang sama ditemukan pada malware yang menyebar melalui perangkat yang dapat dilepas (removable drive), USB, CD dan DVD, dan metode "offline".
Selama kuartal kedua tahun ini, produk Kaspersky mendeteksi 13.533.656 insiden lokal di peserta KSN di Indonesia. Di mana, sekitar 24.71 persen pengguna di Indonesia telah terekspos oleh ancaman online lokal selama periode ini.
Hal ini menunjukkan penurunan sebesar 17,8 persen dibandingkan dengan 17,975,442 deteksi pada periode yang sama tahun lalu dan juga menempatkan Indonesia pada posisi ke-66 dunia dalam hal ancaman lokal.
Selain itu, sedikit penurunan sebesar 3,66 persen juga terlihat jika dibandingkan dengan 14,047,376 deteksi selama periode Januari - Maret 2022 (Kuartal pertama 2022).
“Penurunan dalam ancaman online dan offline terdeteksi di Indonesia seharusnya tidak dijadikan alasan untuk berhenti waspada. Kita harus selalu memperhatikan, terutama ketika tren WFA marak, menjadikan kita semakin bergantung kepada internet," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
Terlepas dari hasil yang tampaknya baik untuk kuartal kedua, perlu dicatat bahwa kualitas dan dampak serangan semakin meningkat, maka dari itu penting untuk kita untuk tetap mementingkan tingkat keamanan yang tinggi.
Untuk memperbaiki keamanan perusahaan, Kaspersky merekomendasikan cara seperti berikut:
- Mengedukasi semua karyawan tentang keamanan siber melalui pelatihan kesadaran siber.
- Menyiapkan tingkatan akses, memberi izin akses hanya untuk mereka yang sangat membutuhkan di setiap level.
- Mendukung penggunaan kata sandi yang unik di lingkungan kerja dan menjaga dari akses banyak orang.
- Meyimpan cadangan data penting, serta memperbarui perlengkapan IT secara berkala.
- Untuk deteksi titik akhir, investigasi dan perbaikan insiden yang tepat waktu, Kaspersky menyarankan menerapkan solusi EDR.
- Selain pentingnya mengadopsi perlindungan titik akhir, menerapkan solusi keamanan tingkat korporat yang mendeteksi ancaman tingkat lanjut di tingkat jaringan tahap awal juga menjadi penting.
- Memasukkan umpan (feed) ancaman global ke dalam sistem mereka yang dapat memberikan visibilitas mendalam ke dalam organisasi penargetan ancaman siber seperti kaspersky Threat Intelligence.