Diduga Hindari Bayar Pajak dan Aksi Pencucian Uang di India,  119 Rekening Vivo di Blokir
Vivo dituduh hindari pajak dan pencucian uang di India. (foto: twitter @vivo_indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Badan kejahatan keuangan India mengatakan pada Kamis, 7 Juli, bahwa mereka telah memblokir 119 rekening bank yang terkait dengan bisnis India Vivo yang memegang 4,65 miliar rupee (879 miliar), sebagai bagian dari penyelidikan dugaan pencucian uang oleh pembuat ponsel asal China itu.

Direktorat Penegakan India mengatakan telah menggerebek 48 lokasi Vivo dan 23 entitas terkait, minggu ini. Mereka menuduh bahwa hasil penjualan Vivo India ditransfer ke luar India untuk menunjukkan kerugian dan menghindari pembayaran pajak di negara itu.

Vivo, yang dimiliki oleh BBK Electronics China, tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pemblokiran rekening bank. Awal pekan ini, Vivo mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang di India dan berkomitmen untuk sepenuhnya mematuhi hukum India.

Direktorat itu mengatakan dalam pernyataannya bahwa karyawan Vivo, termasuk beberapa warga negara China, tidak mau bekerja sama selama pencarian dan "mencoba melarikan diri, menghapus, dan menyembunyikan perangkat digital".

Menurut laporan Reuters, Badan kejahatan keuangan India, juga menyita dua kilogram emas batangan dan sejumlah uang tunai selama operasi tersebut, katanya.

Berita tentang penggerebekan tersebut mendorong Kedutaan Besar China di India untuk menyerukan lingkungan bisnis yang adil bagi perusahaan-perusahaannya, dengan mengatakan pada Rabu malam 6 Juli, bahwa berbagai penyelidikan India terhadap perusahaan-perusahaan China merusak kepercayaan entitas asing yang berinvestasi dan beroperasi di negara itu.

Dalam penyelidikan Vivo, agen federal India menuduh perusahaan tersebut mengirimkan hampir 50% dari total penjualannya sebesar 1,25 triliun rupee (Rp 236,7 triliun) ke China "untuk mengungkapkan kerugian besar di perusahaan-perusahaan berbadan hukum India untuk menghindari pembayaran pajak di India". Penyelidikan itu sendiri dimulai pada Februari 2022, tambah pernyataan itu.

Sementara  Pemimpin pasar ponsel pintar di India, Xiaomi,  juga telah diselidiki sejak Februari. Bahkan Direktorat Penegakan India pada bulan April menyita 725 juta dolar AS di rekening bank perusahaan India. Mereka juga menuduhnya telah melakukan pengiriman uang ilegal ke luar negeri "dengan kedok pembayaran royalti".

Xiaomi membantah melakukan kesalahan dan pengadilan India untuk sementara mencabut pemblokiran tersebut menyusul tantangan dari perusahaan. Kasus sengketa ini sedang berlangsung di Pengadilan India.

Banyak perusahaan China telah berjuang untuk melakukan bisnis di India setelah ketegangan politik melonjak menyusul bentrokan perbatasan pada tahun 2020. India telah mengutip masalah keamanan dalam melarang lebih dari 300 aplikasi China sejak itu, dan memperketat aturan tentang investasi China.

Vivo adalah salah satu pembuat smartphone terbesar di India, dengan pangsa pasar 15%, menurut Counterpoint Research. Xiaomi memiliki 24% saham terbesar, sedangkan Samsung Electronics Korea Selatan memiliki 18%.