JAKARTA – Di tengah ramainya pengembangan metaverse yang dilakukan oleh negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Uni Emirat Arab, bahkan berbagai perusahaan mulai terjun ke dunia digital tersebut.
Sementara itu, mantan CEO Google Eric Schmidt membagikan pandangannya terkait metaverse. Menurutnya, banyak orang yang masih kebingungan terkait konsep metaverse tersebut.
Schmidt menyatakan bahwa, bahkan dengan perusahaan seperti Facebook sebelumnya yang memutar operasinya untuk menduduki pasar metaverse, masih belum ada definisi yang jelas tentang konsep tersebut dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Meskipun ada banyak perusahaan dan firma yang telah menginvestasikan dan untuk pertumbuhan metaverse, tidak semua orang begitu yakin tentang subjek ini. Eric Schmidt, seorang pengusaha yang sebelumnya menjabat sebagai CEO raksasa teknologi Google dari tahun 2001 hingga 2011, termasuk dalam kelompok yang terakhir ini.
Schmidt telah menyatakan tingkat skeptisisme tentang pentingnya dan adopsi teknologi baru ini di masa depan. Belum lama ini, di sebuah acara di Colorado, Schmidt mengungkapkan pemikirannya tentang metaverse.
BACA JUGA:
“Tidak ada kesepakatan tentang apa itu metaverse, meskipun satu perusahaan telah mengubah namanya untuk mengantisipasi mendefinisikannya,” kata Schmidt.
Dalam konteks ini, perusahaan tersebut adalah Facebook yang kemudian berganti nama menjadi Meta untuk sepenuhnya terjun ke dalam pengembangan dunia digital. Schmidt menyatakan bahwa dia tidak berpikir Meta akan menjadi perusahaan yang mampu membentuk metaverse, bahkan jika bentuknya belum ditentukan.
Selain itu, Schmidt juga merespon fenomena real estat di metaverse. Menurutnya itu adalah subjek kontroversial oleh Schmidt.
“Saya sendiri tidak khawatir membeli petak besar real estat pribadi di metaverse. Ini bukan masalah yang saya alami setiap hari,” pungkasnya.
Meski begitu, menurut laporan dari perusahaan analitik metaverse, Metametric Solutions, menyatakan bahwa penjualan properti real estat di metaverse diprediksi bakal tembus 1 miliar dolar AS pada 2022 ini.