Unik! Peneliti Jepang Ciptakan Sumpit yang Beri Rasa Asin, Bisa Diet Garam
Temuan sumpit bertenaga listrik yang dapat menciptakan rasa asin seperti garam. (foto : dok, unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Jepang memang terkenal selalu membuat teknologi yang tak terkalahkan, salah satunya dalam menciptakan sumpit bertenaga listrik yang dapat menciptakan rasa asin seperti garam.

Sumpit yang secara artifisial menciptakan rasa ini dibesut bersama oleh para peneliti di Universitas Meiki dan pembuat minuman Kirin Holdings.

Berbekal arus listrik untuk meningkatkan rasa, para peneliti berharap dapat digunakan untuk membantu mengurangi asupan kadar natrium dalam makanan tertentu.

Sumpit bekerja melalui komputer yang dapat dikenakan, kemudian diikat ke pergelangan tangan pengguna dan terhubung ke sumpit melalui kabel. Arus listrik dengan daya lemah kemudian mengirimkan ion natrium ke mulut untuk menciptakan kembali rasa asin.

“Akibatnya, rasa asin meningkat 1,5 kali lipat,” ungkap profesor Universitas Meiki, Homei Miyashita kepada Reuters yang dikutip dari The Independent, Kamis, 21 April.

Profesor Miyashita sendiri terkenal dengan penemuannya yang menakjubkan sebelumnya, yakni layar TV yang bisa meniru rasa dan dapat dicicipi dengan lidah. Sekarang, dia membentuk bagian dari kategori produk baru yang melibatkan teknologi rasa buatan.

Namun, Miyashita bukan pelopor dari teknologi ini. Pada 2015, para peneliti di National University of Singapore (NUS) mengembangkan perangkat Taste+ yang memberikan sensasi rasa virtual melalui pulsa listrik ke lidah. Prototipe yang berfungsi dari cangkir dan sendok Taste+ menunjukkan bagaimana rasa asam, pahit, dan asin dapat dihasilkan dengan mengubah pelat jam.

Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan indera perasa, yang berkurang seiring bertambahnya usia, serta mengatur pola makan orang-orang di negara-negara di mana asupan garam mereka terlalu tinggi.

Diet tinggi natrium dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan stroke, dengan rata-rata orang dewasa di Jepang mengonsumsi dua kali lipat jumlah harian yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Untuk mencegah penyakit ini, kita perlu mengurangi jumlah garam yang kita konsumsi. Jika kita mencoba untuk menghindari mengambil lebih sedikit garam dengan cara konvensional, kita perlu menanggung rasa sakit karena memotong makanan favorit kita dari diet kita, atau bertahan makan makanan hambar," ujar peneliti Kirin Ai Sato.

Ke depannya, dengan tujuan untuk kesehatan orang-orang yang kerap mengonsumsi garam berlebih, para peneliti berharap dapat mengubah prototipe ini menjadi produk komersial di awal tahun depan.