Bagikan:

JAKARTA - Dalam memerangi hoaks atau informasi yang menyesatkan Twitter mengembangkan fitur baru bernama Birdwatch. Fitur ini akan memudahkan Twitter untuk mengecek fakta dari konten-konten dan tweet yang mengandung misinformasi.

Mengutip The Verge, Senin 5 Oktober, fitur ini dijelaskan dapat membuat komunitas Twitter saling memperingatkan tentang tweet menyesatkan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman, atau keributan di jejaring media sosial tersebut.

Bocoran dari fitur itu pertama kali diungkapkan oleh pengguna Twitter Jane Manchun Wong, yang sering menggali kode aplikasi untuk mencari bukti fitur yang belum dirilis pada Agustus lalu itu. Jane menemukan bahwa dasar dari fitur ini adalah pengguna dapat melampirkan catatan penjelasan lebih lanjut ke tweet yang menyesatkan.

Namun minggu ini, antarmuka yang sangat mirip dengan yang ditemukan Jane, kembali ditemukan dalam kode Twitter, kali ini di iOS oleh konsultan media sosial Matt Navarra. Ia men-tweet beberapa screenshot lagi dari fitur tersebut di ponsel.

Temuan Navarra menunjukkan, Birdwatch memungkinkan pengguna untuk melampirkan catatan ke tweet untuk memberikan sebuah fakta. Catatan ini dapat dilihat saat mengklik tombol teropong di tweet itu sendiri. Dengan kata lain, konteks tambahan tentang pernyataan yang dibuat dalam tweet tersebut akan terbuka untuk umum.

Kemudian mulai 3 Oktober lalu, Twitter telah melakukan survei pada fitur Birdwatch. Di mana, pengguna bisa melaporkan suatu konten, dengan opsi untuk mengambil salah satu tindakan seperti konten yang menyesatkan atau tidak menyesatkan dalam debat tentang bagian informasi tertentu.

Tidak hanya itu, pengguna juga dapat menelusuri seberapa besar kerugian yang mungkin disebabkan oleh penyebaran tweet tersebut.

Melihat banyak dibicarakan pengguna, pimpinan produk Twitter Kayvon Beykpour mengatakan bahwa perusahaannya kini tengah mengupayakan fitur tersebut menjadi sempurna, dan ia juga akan berbagi lebih banyak pengetahuan tentang Birdwatch.

Namun, tidak diketahui pasti siapa yang akan memastikan kebenaran dari tweet yang diunggah, terutama karena tidak jelas apakah moderator atau algoritme Twitter yang akan menilai apakah tweet tersebut menyesatkan atau tidak.

Selain itu, apakah setiap pengguna di Twitter akan diberi akses ke tweet anotasi dengan konteks tambahan, atau apakah menggunakan fitur itu akan memerlukan persetujuan, atau hanya terbuka untuk pengguna tertentu.