Bagikan:

JAKARTA - Seorang insinyur asal Institut Teknologi Bandung, Arvila Delitriana mendapat sanjungan dari Presiden Joko Widodo atas keberhasilannya membuat desain jembatan LRT berbentuk lengkungan di Kuningan, Jakarta Selatan.  

Memang pantas bagi Dini, sapaan akrab Arvila Delitriana, mendapat pujian. Mengingat, pembuatan desain jembatan LRT ini tergolong rumit dari jembatan lengkung lain. 

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro turut mengakui kerumitan perlintasan di atas perempatan Kuningan bukan hanya ramai oleh kendaraan. Banyak struktur yang sudah terbangun di sana. 

"Selain perempatan yang sangat sibuk, di sana juga ada jalan tol, fly over (jalan layang) di sepanjang Jalan Gatot Subroto, lalu underpass dari Kuningan ke Mampang," kata Bambang di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Pusat, Senin, 6 Januari. 

Dengan kerumitan seperti itu, jembatan sepanjang 148 meter berhasil dibuat tanpa menambah kolom tiang penyangga di tengah perempatatan. Mengingat, tak ada cukup ruang di tengah perempatan untuk membuat tiang. 

Seorang insinyur Arvila Delitriana yang mendesain jembatan lengkung LRT (Diah Ayu Wardani/VOI

Dini mengakui bahwa jembatan Lengkung LRT tergolong irregular bridge (jembatan tak biasa) karena memiliki 3 benang dan geometri yang tidak teratur akibat radius Lengkung yang kecil. Sehingga, perbandingan tinggi tiap pilar penyangga tidak sama. 

"Kaki (penyangga) di Gatot Subroto dengan yang ada d Kuningan (Rasuna Said) beda tinggi sekitar 6 meter. Di situ ada namanya kekakuan yang harus seimbang. Kalau kakinya beda panjang seperti itu, kekakuannya jadi tidak seimbang," tutur Dini. 

"Dari situ, kita perlu membuat aturannya khusus yang secara detail tidak diatur oleh peraturan pemerintah. Sehingga kami harus menghitung dengan metode yang lebih khusus lagi," lanjut dia. 

Kalahkan tiga desain luar negeri

Semula, kontraktor Adhi Karya punya tiga pilihan rancangan jembatan LRT yang dibuat oleh konsultan asal Prencis. Ketiga desian itu yakni metode incremental launching menggunakan steel box grider, cable stayed, dan concentrate box grider balanced cantivaler dengan kolom tengah.

Namun, pemerintah pusat meragukan ketiga desain tersebut sulit diimplementasikan dalam struktur jalan dan Kepadatan kawasan Kuningan ini. Karenanya, dicari desain baru berupa metode concentrate box grider balance cantiviler milik Dina. 

"Kalau dilihat dari segi konstruksi, ketiga desain sangat beresiko. Apa yang diusulkan konsultan internasional tidak ada yang bisa diimplementasikan, seingga kami meminta agar bu Dina bisa mencari jalan keluar dari permasalahan ini," tutur Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro. 

Bambang mengakui harga desain jembatan LRT Kuningan dari konsultan Prancis memang lebih murah. Namun, ada masalah baru ketika melihat kondisi lapangan yang mengakibatkan pembengkakan biaya saat tahap konstruksi. 

"Kondisi khusus (di perempatan Kuningan) itulah yang membuat apa yang didesain murah menjadi mahal ketika implementasi, karena kolom tambahan tadi harus dibangun di tengah-tengah penempatan 3 tingkat lintasan," jelas Bambang. 

Lewati proses analisis 7 guncangan gempa 

Dini mengakui analisa tahan gempa sebelum membuat desain jembatan LRT lengkung ini tak bisa hanya mereferensi dari gempa-gempa yang terjadi di sekitar Jakarta. Struktur lintasan kereta LRT ini memiliki sifat yang khusus, sehingga tidak bisa didesain dengan cara mendesain gempa yang biasa.

Jembatan Lengkung LRT (Diah Ayu Wardani/VOI)

Dalam proyek ini, Dini menggunakan tingkatan mendesain gempa yang cukup rumit. Ia harus mengambil sumber gempa dari 7 sumber gempa di dunia untuk disintetiskan di gempa Indonesia terutama Jakarta. 

"Jadi, kami membuat suatu gempa sintetis yang kami ambil dr 7 sumber gempa besar dunia yang dicocokkan dengan mekanisme gempa yang ada di Jakarta yang disebut Time History Analysis dan non-linier," jelas Dini. 

Riwayat gempa yang dipakai merupakan yang pernah terjadi di Bigbear, Chile, Livermore, Michoacan, Miyagi, Sumatera Selatan, dan Tohoku. 7 gempa ini memiliki sifat kegempaan yang mendekati kondisi gempa di sekitar Jakarta. 

Sebagai informasi, jembatan lengkung ini merupakan salah satu bagian tersulit dari konstruksi jalur LRT Jabodebek yang memiliki tiga lintas pelayanan: Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi.

Konstruksi jembatan lengkung sudah selesai dibuat. Sebelum dioperasikan, jembatan dengan meterial beton seberat 9.688,8 ton ini bakal dilakukan pengujian beban terlebih dahulu. Rencananya, pengujian lintasan akan dilakukan pada 2021 mendatang setelah seluruh lintasan selesai dibangun.