Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Aptika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan sertifikat dan tanda tangan digital dapat melindungi data pribadi customer di Indonesia.

Masyarakat diminta untuk tidak perlu khawatir terkait kebocoran data pribadi saat mengadopsi sertifikat dan tanda tangan digital di sektor perbankan.

"Dengan adanya sertifikat atau tanda tangan digital justru melindungi. Untuk mengecek apakah ini tanda tangan ini milik saya, dia kan mengecek ke penyelenggara. Kalau di pemerintah itu bisa diberikan oleh dua penyelenggara, BSSN dan BIN," kata Samuel dalam Seminar Manfaat Identitas Digital dan Tanda Tangan Elektronik Tersertifikasi di Indonesia,  Jumat 18 Maret.

Samuel merasakan perkembangan digital yang cukup besar dan cepat ini, sudah banyak inovasi yang dilakukan untuk memverifikasi data customer sebelum sertifikat diberikan.

Samuel juga mengharapkan agar kedepannya, semua kegiatan masyarakat dan kegiatan usaha dapat mengadopsi inovasi di ruang digital agar lebih efektif, efisien dan tercatat.

"Pada tahun 2008, negara mengakui keberadaan uang digital sebagai ruang aktivitas masyarakat, itu tertuang dalam Undang-Undang ITE. Di mana aktivitas di ruang digital itu sama sahnya dengan aktivitas di ruang fisik," tutur Samuel.

Sertifikat digital menjadi salah satu solusi untuk tidak selalu mengeluarkan identitas seperti KTP dan memberikan nomor telepon ketika ingin melakukan transaksi.

"Justru dengan kita punya sertifikat digital atau digital ID nantinya, kita hanya perlu memberikan sertifikat saja. ini salah satu solusi untuk tidak selalu memberikan nama dan telepon saat transaksi," jelasnya.

Samuel mengungkapkan bahwa saat ini Kominfo sedang memikirkan metodologi yang akan datang, di mana nantinya setiap anggota masyarakat memiliki digital ID yang memudahkan segala transaksi.

Proses saat melakukan tanda tangan elektronik  sudah semakin ketat dan canggih. CEO dan Co-Founder VIDA, Santi Rasuanto mengatakan, sebelum memberikan sertifikat kepada pengguna, mereka akan melakukan beberapa langkah verifikasi terlebih dahulu.

P‌ertama, mereka akan mengecek data demografi pengguna, setelah langkah pertama tervalidasi, pengguna akan melalui ‌proses validasi data genetik. Yaitu mendeteksi wajah pengguna.

"Teknologi yang ketiga adalah Live Mask Detection, di mana saat seseorang mengambil selfie saat melakukan validasi atau verifikasi, benar atau tidak orang yang melakukan verifikasi adalah orang tersebut yang melakukannya," jelas Santi.

Teknologi security ini diharapkan nantinya sudah bisa dipakai untuk berbagai jenis smartphone. Baik itu smartphone jenis terbaru dengan teknologi yang lebih canggih hingga ponsel yang sudah tua. "Itu juga dapat dipakai untuk berbagai pihak termasuk UMKM, bukan hanya untuk transaksi yang jumlahnya besar," tandasnya.