Bagikan:

JAKARTA – Saat Rusia memblokir akses ke platform media sosial andalan Meta Platforms Inc., Facebook dan Instagram, permintaan dari pengguna internet di negara itu terhadap alat untuk menghindari pembatasan meroket. Top10VPN, perusahaan pemantau penyedia layanan VPN (virtual private network) melaporkan kenaikan ini.

Akses Instagram di Rusia diputus mulai Senin, 14 Maret, sebagai tanggapan atas keputusan Meta pada pekan lalu yang mengizinkan pengguna media sosial di Ukraina untuk memposting pesan hate speech untuk Rusia.  Bahkan sebelumnya, Facebook sudah dilarang di Rusia karena membatasi akses ke media negeri beruang merah itu di platform media sosial tersebut.

Menurut laporan Reuters,  menjelang larangan Instagram, permintaan untuk Jaringan Pribadi Virtual (VPN) yang mengenkripsi data dan mengaburkan lokasi pengguna melonjak 2.088% lebih tinggi dari rata-rata permintaan harian pada pertengahan Februari. Data kenaikan pengguna itu dilaporkan pertama kali oleh perusahaan pemantau Top10VPN.

Rusia telah menjadi sasaran sanksi barat yang belum pernah terjadi sebelumnya atas tindakannya di Ukraina. Mereka juga sedang berjuang untuk mengendalikan arus informasi. Moskow juga telah  melumpuhkan perusahaan media sosial asing dengan pelambatan lalu lintas atau akses. Dalam kasus Facebook dan Instagram mereka bahkan memberikan larangan secara langsung untuk diakses di Rusia.

Permintaan terhadap VPN telah meningkat di kawasan itu karena situs web Rusia dan Ukraina juga menjadi korban serangan siber.  Penggunaan VPN salah satu untuk mengamankan pengguna dari usaha peretasan.

Rusia sendiri sudah melarang beberapa penyedia VPN tahun lalu. Akan tetapi gagal memblokir mereka sepenuhnya. Larangan itu sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas yang menurut para kritikus menghambat kebebasan internet di negara itu.

Analisis data Top10VPN terhadap lebih dari 6.000 entri ke registri pusat situs web yang diblokir di Rusia menemukan bahwa 203 situs berita dan 97 situs valuta asing dan kripto saat ini diblokir di Rusia.

Regulator komunikasi negara Roskomnadzor pada Senin, 14 Maret, mengatakan jumlah serangan dunia maya terhadap sistem TI dan infrastruktur pemerintah Rusia telah meningkat tajam sejak 24 Februari. Ini memperingatkan pelaku bahwa serangan dunia maya dapat menyebabkan konsekuensi kriminal.