JAKARTA - Perusahaan pembayaran online internasional, PayPal Holdings Inc mengumumkan telah menutup layanannya di Rusia, pada Sabtu pagi, 5 Maret. Mereka beralasan mlihat kondisi dan keadaan saat ini di negara itu.
Paypal juga telah bergabung dengan banyak perusahaan keuangan dan teknologi asal AS lainnya dalam menangguhkan operasi di Rusia, setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
"Dalam situasi saat ini, kami menangguhkan layanan PayPal di Rusia," kata Presiden dan Kepala Eksekutif, Dan Schulman, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters. Dia menambahkan bahwa perusahaan "bergabung dengan komunitas internasional dalam mengutuk agresi militer kekerasan Rusia di Ukraina."
Seorang juru bicara perusahaan PayPal juga mengatakan akan mendukung penarikan layanan "untuk jangka waktu tertentu, memastikan bahwa saldo akun tersebar sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku."
BACA JUGA:
PayPal, yang sebelumnya hanya mengizinkan transaksi lintas batas oleh pengguna di Rusia, kini telah berhenti menerima pengguna baru di negara itu pada Rabu lalu.
Pejabat pemerintah Ukraina juga telah meminta PayPal untuk keluar dari Rusia dan membantu mereka dengan penggalangan dana untuk menantang invasi.
PayPal mengatakan pada Jumat bahwa "sejak awal invasi, PayPal telah membantu mengumpulkan lebih dari 150 juta dolar AS (Rp 2,1 triliun) untuk amal yang mendukung upaya tanggapan di Ukraina, yang menjadi salah satu upaya pengumpulan bantuan terbesar yang pernah terjadi hanya dalam waktu yang singkat."
Penangguhan PayPal di Rusia juga berlaku untuk alat transfer uang Xoom. Rivals Wise dan Remitly sebelumnya juga telah menangguhkan beberapa layanan di Rusia.