Bagikan:

JAKARTA - Dunia virtual atau metaverse belakangan menjadi perbincangan hangat, hingga Facebook turut mengubah namanya menjadi Meta yang artinya perusahaan akan mengedepankan dunia baru tersebut.

Dengan berkembangnya metaverse secara cepat, diklaim pada 2026, sebanyak 25 persen orang akan menghabiskan setidaknya satu jam sehari di metaverse untuk bekerja, berbelanja, sekolah, sosial, atau hiburan.

Laporan ini berdasarkan analisis perusahaan riset, Gartner yang mendefinisikan metaverse sebagai ruang bersama virtual kolektif. Ruang itu diciptakan oleh konvergensi realitas fisik dan digital yang ditingkatkan secara virtual.

"Metaverse itu gigih, memberikan pengalaman imersif yang ditingkatkan," kata Gartner.

Perusahaan tersebut juga mengharapkan bahwa metaverse yang lengkap akan menjadi perangkat-independen dan tidak akan dimiliki oleh vendor tunggal.

"Itu akan memiliki ekonomi virtual sendiri diaktifkan oleh mata uang digital dan token non-fungible token (NFT)," ujar Gartner.

Dengan metaverse orang akan mereplikasi atau meningkatkan aktivitas fisik mereka di sana. Namun, ini tentunya akan berdampak pada bisnis yang berinteraksi dengan konsumen setiap hari, serta bagaimana pekerjaan akan diselesaikan.

Oleh karena itu, setiap perusahaan akan memberikan keterlibatan, kolaborasi, dan koneksi yang lebih baik kepada karyawan mereka melalui ruang kerja yang imersif di kantor virtual.

Sementara, sektor bisnis tidak perlu membuat infrastruktur mereka sendiri untuk melakukannya karena metaverse akan menyediakan kerangka kerja.

Melansir VentureBeat, Sabtu, 12 Februari, dalam metaverse, orang juga dapat membeli tanah digital dan membangun rumah virtual atau berbelanja di mal virtual melalui perdagangan yang imersif.

Maka dari itu, tidak diragukan lagi metaverse akan memungkinkan perusahaan untuk memperluas dan meningkatkan model bisnis mereka dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada 2026, Gartner mengharapkan 30 persen organisasi di dunia memiliki produk dan layanan yang siap untuk metaverse, sehingga semua organisasi harus mengembangkan strategi bisnis digital yang memanfaatkan infrastruktur bawaan dan peserta metaverse mulai dari sekarang.

Di saat yang sama, adopsi teknologi metaverse baru lahir dan terfragmentasi, tetapi Gartner memperingatkan organisasi bisa berinvestasi besar-besaran dalam metaverse tertentu.