JAKARTA - Sebuah studi ilmiah baru menunjukkan bahwa manusia lebih tertarik dan mengobrol dengan robot wanita, daripada robot pria.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Washington State University, orang lebih suka berinteraksi dengan kecerdasan buatan yang disajikan sebagai perempuan karena stereotip gender.
Studi ini melibatkan empat robot humanoid dengan memberi 170 orang pilihan untuk memilih yang mana akan diajak bicara.
Sepasang dari mereka bernama Alex dan dirancang untuk menjadi laki-laki dan dua lainnya setara dengan perempuan yang dikenal sebagai Sarah. Para kandidat juga ditawarkan dua robot yang memiliki layar interaktif, untuk menggantikan fitur wajah seperti manusia.
Asisten Profesor Manajemen Perhotelan di Carson Business College WSU di Everett, Soobin Seo melakukan survei yang telah diterbitkan dalam International Journal of Hospitality Management. Hasilnya menemukan bahwa orang merasa lebih nyaman saat berbicara dengan Sarah daripada Alex.
"Orang-orang memiliki kecenderungan untuk merasa lebih nyaman dirawat oleh perempuan karena stereotip gender yang ada tentang peran layanan. Stereotipe gender itu tampaknya ditransfer ke interaksi robot, dan itu lebih diperkuat ketika robot lebih mirip manusia," ujar Seo seperti dikutip dari Daily Star, Senin, 7 Februari.
BACA JUGA:
Para peneliti juga berencana untuk menyelidiki bagaimana persepsi orang dapat dipengaruhi oleh kepribadian robot AI, tergantung pada apakah mereka ekstrovert atau introvert.
"Kita mungkin mulai melihat lebih banyak robot sebagai pengganti karyawan manusia di hotel dan restoran di masa depan, jadi kita mungkin menemukan bahwa beberapa hubungan psikologis yang kita lihat dalam interaksi manusia ke manusia juga diimplementasikan dalam interaksi robot," tutur Seo.
Untuk pertama kalinya ditemukan bahwa 170 orang itu rata-rata akan lebih tertarik untuk disambut oleh mesin kecerdasan buatan dan seseorang. Tetapi semenjak pandemi COVID-19 datang, robot AI memiliki peran besar karena tamu enggan bersentuhan dengan orang ketimbang robot, demi meminimalkan risiko penyebaran penyakit.