Twitter Bakal Perjelas Asal Usul "Kata" yang Jadi <i>Trending Topic</i>
(Image by Photo Mix from Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Tidak sedikit pengguna Twitter bertanya-tanya mengapa ada satu kata yang bisa menjadi trending topic di jejaring media sosial itu. Kini Twitter menjelaskan bagaimana hal itu dapat terjadi.

Pada dasarnya trending topic di Twitter menyoroti kata kunci tertentu yang sedang menjadi tren. Agar lebih mudah dipahami, jejaring sosial berlogo burung biru ini akan menambahkan tweet dan deskripsi terkait dari mana asal kata di trending topic.

Melalui blog resminya, Kamis 3 September, Twitter mengumumkan mereka akan membuat perubahan di mana, topik yang sedang tren ini akan dijelaskan bersama cuitan awal yang memicu menjadi trending topic.

"Untuk membantu dalam hal ini, kami menambahkan Tweet yang dipasangi pin dan deskripsi tentang tren untuk membantu menjelaskan mengapa sesuatu menjadi tren," ungkap Twitter.

penjelasan kata-kata di Trending Topic (dok. blog Twitter)

Sejatinya, Trending Topic di Twitter menggunakan kombinasi algoritma dan tim kurasi untuk menentukan apakah sebuah cuitan mewakili dan mencerminkan topik yang sedang tren.

"Algoritma kami dirancang untuk mengidentifikasi cuitan perwakilan yang tidak berpotensi menyinggung, spam, atau diposting oleh akun yang mencoba memanfaatkan sistem kami," ujar Twitter.

Penambahan cuitan yang disematkan pada topik yang sedang tren akan dilakukan secara bertahap untuk pengguna iOS maupun Android, termasuk Twitter versi web. Nantinya, untuk memperjelas percakapan, kedepannya Twitter akan menambahkan lebih banyak konteks ke lebih banyak tren dari waktu ke waktu.

"Deskripsi akan memberikan konteks langsung dan bersumber jelas seputar mengapa sesuatu menjadi tren. Deskripsi dikembangkan oleh tim kurasi kami dan mengikuti pedoman mereka," tutur Twitter.

Fitur pinned post dan deskripsi akan mulai disematkan bagi pengguna Twitter di Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Kolombia, Mesir, Prancis, India, Irlandia, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Arab Saudi, Spanyol, Inggris Raya, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat (AS).