JAKARTA - Di dunia yang serba digital ini, banyak orang yang telah mengandalkan internet untuk segala macam kebutuhan. Tapi ternyata sekitar 37 persen populasi dunia masih belum pernah menggunakan internet.
Menurut penelitian yang dilakukan International Telecommunication Union (ITU) dari badan PBB untuk teknologi informasi dan komunikasi, pandemi virus corona telah menyebabkan lonjakan jumlah pengguna internet, tetapi sekitar 3 miliar orang belum dapat menggunakannya.
Bahkan, dari jumlah tersebut 96 persen rata-rata mereka tinggal di negara berkembang. Karena pandemi virus corona, perkiraan jumlah orang yang online telah meningkat dari 4,1 miliar pada 2019 menjadi 4,9 miliar tahun ini.
Melansir The Guardian, Rabu, 1 Desember, sayangnya, di antara pengguna internet itu, ratusan juta mungkin jarang online, menggunakan perangkat bersama atau menghadapi kecepatan koneksi yang menghambat penggunaan internet mereka.
“ITU akan bekerja untuk memastikan blok bangunan berada di tempat untuk menghubungkan 2,9 miliar sisanya. Kami bertekad untuk memastikan tidak ada yang tertinggal," ungkap Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhao.
Sementara kesenjangan akses hampir dijembatani, dengan 95 persen populasi dunia sekarang tinggal dalam jangkauan jaringan broadband seluler. Namun pertumbuhannya tidak merata.
Akses internet seringkali tidak terjangkau di negara-negara miskin, hampir tiga perempat orang belum pernah online di 46 negara kurang berkembang. Misalnya saja hampir 30 persen dari populasi pedesaan di Afrika masih kekurangan jangkauan mobile broadband.
"Kita tidak bisa menutup kesenjangan digital jika kita tidak bisa mengukurnya, dan kita tidak bisa menghubungkan yang tidak terhubung jika kita tidak tahu siapa mereka, di mana mereka tinggal, dan mengapa mereka tetap offline," ujar direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi ITU, Doreen Bogdan-Martin.
BACA JUGA:
Martin menyatakan meskipun sebagian besar penduduk dunia dapat mengakses internet melalui mobile broadband, kurang dari dua pertiga telah menggunakannya. Dia menambahkan, ada kesenjangan generasi, dengan 71 persen populasi dunia berusia 15 hingga 24 tahun menggunakan internet, dibandingkan dengan 57 persen dari semua kelompok usia lainnya.
"Gender tetap menjadi faktor. Secara global, 62 persen pria menggunakan internet dibandingkan dengan 57 persen wanita. Sementara kesenjangan gender digital telah menyempit di semua wilayah, perempuan tetap terpinggirkan secara digital di banyak negara termiskin di dunia, di mana akses online berpotensi memiliki efek yang paling kuat," jelas Martin.
"Kemiskinan, buta huruf, akses listrik yang terbatas, dan kurangnya keterampilan digital terus menjadi tantangan bagi mereka yang dikecualikan secara digital," imbuhnya.