Media Sosial Membuat Tumbuhnya Bahasa yang Ceroboh Lebih Banyak Digunakan Publik
Twitter disinyalir menjadi gudang pertumbuhan bahasa yang ceroboh. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Para peneliti menyatakan tanda kutip (apostrophe) mungkin akan mati karena tata bahasa yang ceroboh yang digunakan di media sosial.

Mereka mengatakan platform online seperti Twitter, yang membatasi jumlah karakter per posting, mulai membuat pengguna mulai terbiasa menghilangkan tanda baca.

Studi ini adalah studi yang terbesar tentang bagaimana berbicara dan menulis, telah berkembang sejak penyebaran teknologi dari tahun 1990-an.

Para peneliti melihat 100 juta kata untuk menganalisis tren dan menemukan bahasa kasual dan tidak gramatikal telah menjadi lebih umum dalam 30 tahun terakhir.

Dr Vaclav Brezina, yang memimpin studi Universitas Lancaster, mengatakan: “Kami telah mengalami perubahan dramatis dalam teknologi, yang mengubah cara kita berkomunikasi. Bahasa tertulis telah menjadi jauh lebih dinamis dan dimiliki oleh lebih banyak orang.”

“Kami mengirim SMS atau mengirim pesan kepada teman dan kolega dan mendapatkan tanggapan langsung, tetapi kami mungkin kesulitan mengingat kapan terakhir kali kami menulis surat. Lebih banyak orang juga memproduksi konten untuk khalayak umum melalui media sosial dan situs web.”

Seseorang tidak perlu menjadi jurnalis atau novelis untuk menjangkau ribuan atau jutaan orang.’

Studi tersebut mengatakan penggunaan media sosial semacam itu telah mempromosikan apa yang disebut “ejaan progresif”, seperti “gunna” untuk mengganti istilah “going to” (pergi ke).

Ada juga singkatan, seperti “defo” untuk definitely (pasti) ditambah inisial seperti 'OMG' untuk 'oh my God' dan 'TBH', untuk to be honest (jujur) bahkan OTW untuk “on the way” (sedang menuju).

Pengguna Twitter sering membuang tanda baca dan kata-kata yang lebih panjang karena postingan dibatasi hingga 280 karakter. Internet juga membawa kata-kata yang berhubungan dengan teknologi, seperti 'vlog', 'fitbit' dan 'bitcoin'.

Akademisi menganalisis berapa kali per juta kata digunakan pada awal 1990-an dibandingkan dengan sekarang.

Mereka menemukan penurunan 8 persen dalam penggunaan tanda kutip setelah kata benda jamak dari 308,47 penggunaan per juta pada 1990-an menjadi 282,88 penggunaan per juta sekarang.

Ada juga penurunan 52 persen dalam kata “whom” dan penurunan 60 persen dalam kata “shall'.

Judul seperti “Mr” dan “Mrs.” menurun karena adanya penggunaan nama depan. Sementara penggunaan kata “amazing” (menakjubkan)  justru melonjak dari 16,6 kali menjadi 88,6 kali per juta.

Perkembangan tersebut tidak disambut oleh kaum tradisionalis. Mantan kepala sekolah Chris McGovern, dari Campaign for Real Education, mengatakan: “Hilangnya tanda kutip adalah gejala kemalasan linguistik dan kebodohan.”

Studi ini melihat British English dalam genre termasuk di surat kabar, acara TV, blog, fiksi dan tulisan akademis.