JAKARTA - Minggu depan langit akan kedatangan fenomena astronomi yang menakjubkan yakni, gerhana Bulan sebagian. Tetapi kali ini durasi yang terjadi akan berlangsung lebih lama.
Badan antariksa NASA mengklaim, gerhana Bulan sebagian yang akan berlangsung antara 18 atau 19 November itu merupakan gerhana yang terpanjang di abad ini, dan fenomena indah tersebut akan terlihat di 50 negara, termasuk Indonesia.
Dihimpun dari situs LAPAN, Kamis, 11 November, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami gerhana Bulan sebagian yang puncaknya akan terjadi pada pukul 16.02.56 WIB, 17.02.56 WITA atau 18.02.56 WIT. Puncak gerhana terjadi beberapa menit setelah puncak fase purnama yang terjadi pukul 15.57.30 WIB, 16.57.30 WITA, atau 18.57.30 WIT.
Magnitudo gerhana kali ini sebesar 0,9785 atau hanya 97,85 persen diameter Bulan tertutup piringan umbra Bumi. Fase gerhana penumbra dimulai pada pukul 13.00.23 WIB, 14.00.23 WITA atau 15.00.23 WIT, kemudian fase gerhana sebagian dimulai pada pukul 14.18.24 WIB, 15.18.24 WITA atau 16.18.24 WIT.
Fase gerhana sebagian berakhir pukul 17.47.26 WIB, 18.47.26 WITA, atau 19.47.26 WIT, sedangkan fase gerhana penumbra berakhir pada pukul 19.05.31 WIB, 20.05.31 WITA atau 21.05.31 WIT. Total durasi parsialitas gerhana kali ini selama 3 jam 29 menit 2 detik dan durasi penumbralitas gerhana selama 6 jam 5 menit 8 detik.
Mengutip Live Science, dijuluki Bulan Micro Beaver, fenomena ini terjadi saat Bulan berada pada titik terjauh dari Bumi, ketika bayangan Bumi menutupi 97 persen Bulan purnama, akan menjadi yang terpanjang sepanjang abad ini, mengalahkan durasi gerhana Bulan total yang terjadi pada 2018 lalu dan berlangsung hingga 1 jam 43 menit.
Menurut Holcomb Observatory di Butler University, Indiana, gerhana yang akan datang juga akan menjadi gerhana Bulan parsial terlama dalam 580 tahun. Gerhana Bulan biasanya terjadi ketika Bumi meluncur di antara Bulan dan Matahari, sehingga bayangan planet kita mengalami gerhana atau “jatuh” ke Bulan.
BACA JUGA:
Bayangan dapat menghalangi semua, atau dalam kasus sebagian besar gerhana, cahaya Matahari dan mewarnai Bulan menjadi merah tua dan berkarat. Warna kemerahan Bulan disebabkan karena cahaya dari Matahari, meskipun langsung diblokir oleh umbra Bumi.
Atmosfer Bumi menyaring panjang gelombang cahaya yang lebih pendek dan lebih biru, memungkinkan panjang gelombang merah serta oranye lewat. Setelah panjang gelombang warna ini melewati atmosfer Bumi, mereka melanjutkan perjalanan ke Bulan, memandikannya dalam cahaya merah mahoni yang dalam.
Sebelumnya, gerhana Bulan sebagian ini sudah terjadi pada Mei 2021 lalu, dan akan terjadi lagi pada minggu depan. Anda bisa menyaksikan nya secara langsung dari tempat yang tidak terhalang gedung maupun pepohonan.