Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga membuat krisis ekonomi di seluruh dunia. Imbas paling besar dirasakan para pelaku usaha mikro kecil dan menengan (UMKM) serta pekerja swasta. 

Tak sedikit dari pegawai kantoran yang dirumahkan selama pandemi COVID-19. Untuk mencari sumber penghasilan tambahan, mereka mulai memanfaatkan platform digital dan layanan pesan antar khususnya pada GoFood. 

Berdasarkan riset data Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), selama masa pandemi COVID-19 terjadi peningkatan baru mitra Go-Food, sejak Maret 2020. Namun sayangnya 43 persen di antaranya belum memiliki pengalaman usaha yang memadai. 

"Tampak sekali bahwa usaha kuliner menjadi sumber penghasilan alternatif bagi orang-orang yang kehilangan, atau mengalami penurunan penghasilan selama pandemi. Keberadaan ekosistem ekonomi digital seperti Gojek mempermudah akses bagi pengusaha pemula," ungkap Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, Dr. Alfindra Primaldhi dalam acara webinar, Senin, 3 Agustus.

Dijelaskan Alfindra, sebanyak 71 persen atau mayoritas mitra baru yang tergabung dalam layanan GoFood merasa pandemi COVID-19 telah mencekik pendapatan bulanan mereka. Riset LD menunjukkan bagaimana GoFood menjadi penyangga ekonomi bagi mereka yang penghasilannya terdampak pandemi, terutama pegawai swasta tersebut.

"Memulai usaha digital saat pandemi, ini merupakan strategi atau pilihan bisnis yang baik untuk UMKM," imbuh Dr. Alfindra.

Sebanyak 88 persen para mitra GoFood ini merasa terbantu oleh Gojek untuk bertahan hidup. Dikarenakan, pemanfaatan teknologi Gojek dan bantuan pelatihan juga informasi mudah didapatkan.

Dari data tersebut, para mitra baru yang bergabung saat pandemi, merasakan peningkatan keterampilan dalam berjualan online, inovasi pemasaran, pemanfaatan media sosial dan rekapitulasi transaksi online. Oleh karena itu, mayoritas UMKM berencana untuk tetap bermitra dengan Gojek secara jangka panjang meski pandemi telah usai.