Bagikan:

JAKARTA - Penjualan kendaraan listrik dari Ford Motor Company di Amerika Serikat pada semester satu 2024 tidaklah buruk dengan menduduki peringkat kedua di bawah Tesla.  Namun Ford menghadapi beberapa tantangan dan mengakui mengalami kerugian signifikan pada setiap mobil listrik yang terjual. 

Penjualan truk pikap ICE dan mobil hybrid Ford yang kuatlah yang menutupi performa kurang memuaskan dari divisi model listriknya. Sebagai catatan, Ford menjual 199.463 truk F-Series di kuartal ke-2-2024, berbanding jauh dengan 23.957 unit mobil listrik pada periode yang sama.

Atas kinerja yang kurang memuaskan ini, Ford mengumumkan perluasan produksi Super Duty atau truk pikap tugas berat Ford yang telah diproduksi sejak 1999 ke Kanada dan generasi terbaru truk ini akan mengadopsi "teknologi multi-energi". 

Melansir CarBuzz, 22 Juli, sebelumnya, Ford bertaruh besar pada elektrifikasi. Namun, keputusan terbaru ini menunjukkan perubahan strategi. Investasi besar pada truk V8 dan penundaan produksi mobil listrik mengindikasikan penyesuaian rencana Ford untuk memenuhi permintaan pasar saat ini.

Dengan multi jalur, artinya Ford ingin menawarkan teknologi multi-energi ke generasi berikutnya truk Super Duty, memberikan konsumen lebih banyak pilihan dan mendukung rencana elektrifikasi Ford. Walaupun detailnya masih samar, langkah ini mengkonfirmasi penggunaan mesin hybrid atau plug-in hybrid (PHEV) pada Super Duty terbaru.

Kendati demikian, Ford belum menyerah pada mobil listrik. Mereka masih berhasrat meluncurkan mobil listrik di bawah 30.000 dolar AS (setara Rp486 juta) untuk bisa bersaing dengan Tesla dan produsen mobil listrik asal Tiongkok yang menawarkan harga terjangkau.

Di segmen truk pikap berat sendiri, pesaing Ford yaitu Stellantis dikabarkan akan memperkenalkan Ram 5500 bertenaga hidrogen. Teknologi yang digunakan adalah fuel-cell, berbeda dari mesin pembakaran hidrogen. Produksi Ram 5500 dijadwalkan dimulai tahun ini. Sementara itu, GM belum memberikan pengumuman resmi terkait truk listrik mereka.