JAKARTA - Dalam masa peralihan menuju elektrifikasi sepenuhnya, salah satu keraguan konsumen membeli mobil listrik adalah tidak ada suara pada mesinnya dan diperlukan adaptasi yang tak cepat. Sejumlah produsen otomotif pun telah berupaya menghadirkan ‘suara mesin’ pada EV.
Hyundai misalnya, khususnya pada EV performa tinggi, Ioniq 5 N. Pabrikan dari Korea Selatan ini menambahkan fitur Istimewa bernama N Active Sound+. Fitur ini menciptakan suara yang menyerupai mobil bermesin pembakaran di mana terdapat 10 speaker, delapan di dalam kendaraan dan dua di luar, yang menawarkan beberapa tema suara.
Selain itu, Hyundai juga hadirkan fitur N e-Shift yang memberikan sensasi pergantian gigi pada crossover listrik ini dengan mensimulasikan sistem transmisi delapan percepatan DCT.
Merek lain seperti Porsche juga tawarkan hal yang serupa pada model Macan generasi terbaru sebagai opsional. Mereka tawarkan ‘Porsche Electric Sport Sound’ yang menyuguhkan suara imitasi mesin Internal Combustion Engine (ICE) dengan biaya tambahan sekitar 490 dolar AS atau sekitar Rp7,7 jutaan.
BACA JUGA:
Dengan hadirnya inovasi ini, ada potensi bahwa pabrikan lain seperti BMW akan mengikuti langkah serupa. Terlebih lagi, merek otomotif ini merupakan salah satu yang terdepan dalam segmen kendaraan listrik secara global.
CEO BMW M Frank van Meel mengatakan BMW telah mempertimbangkan hal tersebut dan kini sedang mengerjakan beberapa pendekatan agar EV berperforma tinggi masa depannya dapat menarik perhatian dari berbagai pihak.
“Kami telah mengerjakan hal ini selama beberapa tahun dan saya pikir kami memiliki beberapa pendekatan yang sangat menarik terhadap masalah tersebut,” kata van Meel dikutip dari TopGear, Rabu, 26 Juni.
Kemudian, van Meel juga memuji apa yang dilakukan Hyundai pada Ioniq 5 N dengan menciptakan suara imitasi pada crossover ini. Menurutnya, itu dapat membantu pengemudi merasakan feel dari pergantian gigi serta suara ritme mesin pada kendaraannya.
“EV murni dengan satu gigi tidak memiliki suara ataupun emosi, jadi pengemudi tidak tahu apakah berada di kecepatan 125-150 km/jam, sehingga ini memerlukan solusi. Produsen harus menemukan koneksi ke otak pengemudi, tanpa memaksa pengemudi melihat speedometer,” tambah van Meel.
Sementara itu, Head of Development BMW M Dirk Hacker, mengatakan bahwa pihaknya akan menciptakan EV yang membuat setiap pengendara tersenyum, namun tidak mau menambahkan terlalu banyak fitur dalam satu model.
“Saya pikir sangat penting untuk menciptakan dimensi baru dari sebuah mobil sport otentik, dengan pengemudi sebagai pusatnya,” ucap Hacker.
Dalam beberapa waktu terakhir, BMW diberitakan tengah mengembangkan model EV berperforma tinggi pertamanya. Kemungkinan model tersebut akan berbasis dari konsep Neue Klasse dan akan memasuki masa produksi dalam beberapa tahun ke depan.
Di atas kertas, mobil tersebut akan memiliki tenaga dahsyat hingga 1.341 dk berkat quad-motor yang tertanam di dalamnya. Pabrikan asal Jerman tersebut sedang mengupayakan untuk menghadirkan versi motor listrik ganda untuk para penikmat penggerak roda belakang.