Bagikan:

JAKARTA - Suzuki Motor Corporation memutuskan untuk menutup pabriknya di Thailand, Suzuki Motor Thailand (SMT) pada akhir 2025 mendatang.

Dalam keterangan resmi, dikutip Senin, 10 Juni, keputusan ini diambil sebagai bagian dari penataan ulang struktur produksi global Suzuki.

SMT didirikan Suzuki pada tahun 2011 setelah pemerintah Thailand pengumuman proyek mobil ramah lingkungan pada tahun 2007. SMT disebut mulai produksi pada tahun 2012 dan memproduksi sebanyak 60.000 unit setiap tahunnya termasuk untuk ekspor.

Dalam upaya mendorong netralitas karbon dan elektrifikasi secara global, Suzuki telah mempertimbangkan untuk mengoptimalkan lokasi produksi global di dalam grup.

“Akibatnya, perusahaan mengambil keputusan untuk menutup pabrik SMT pada akhir tahun 2025, “ tulis keterangan Suzuki.

Meski menutup pabrik, SMT tetap melanjutkan penjualan dan layanan purna jualnya guna memenuhi kebutuhan pelanggan di Thailand, melalui impor CBU dari pabrik di kawasan ASEAN serta Jepang dan India.

Selain itu, untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan netralitas karbon yang dipromosikan oleh pemerintah Thailand, perusahaan akan memperkenalkan model listrik termasuk HEV.

Ternyata ada alasan tambahan di balik tutupnya pabrik tersebut, yaitu volume penjualan yang tidak tumbuh atau sesuai yang diharapkan.

“Volume penjualan kami di Thailand tidak tumbuh sebanyak yang diharapkan," ungkap juru bicara Suzuki, mengutip dari laman Nikkei Asia.

Berdasarkan keterangan perusahaan, saat ini pabrik Suzuki di Thailand hanya memproduksi 7.500 kendaraan pada tahun fiskal hingga Maret lalu. Ke depannya, Suzuki berencana memfokuskan produksinya di Asia di Indonesia, Jepang, dan India.

Penutupan ini terjadi di tengah persaingan sengit pabrikan Jepang-China yang terjadi di Thailand, di mana mobil-mobil Jepang disebut masih mendominasi pasar, namun pabrikan China telah mengisi ceruk pasar kendaraan listrik murni dan hybrid.