JAKARTA - Banyak pertimbangan yang memengaruhi keputusan konsumen untuk beralih ke kendaraan listrik, salah satunya adalah harga baterainya yang cenderung tinggi, bahkan mencapai 50 persen dari total harga mobil. Ini berarti, ketika baterai mengalami kerusakan, penggantiannya dapat menimbulkan biaya yang signifikan.
Namun, sebuah studi terbaru dari Recurrent menemukan bahwa penggantian baterai kendaraan listrik ternyata jarang terjadi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari tahun 2011 hingga 2024, hanya sekitar 2,5 persen paket baterai yang benar-benar diganti.
Menurut laporan dari Teslarati, Selasa, 28 Mei, temuan dari Recurrent menunjukkan bahwa, kecuali untuk kasus penarikan besar seperti yang dialami oleh GM dengan model Chevy Bolt EV yang tidak termasuk dalam analisis ini, hanya sekitar 2,5 persen paket baterai kendaraan listrik yang akhirnya diganti.
"Kenaikan angka penggantian baterai biasanya terjadi karena usia kendaraan yang sudah tua. Untuk mobil yang diproduksi sebelum tahun 2015, tingkat penggantian mencapai 13 persen, sementara untuk yang lebih baru hanya sekitar 1 persen," ungkap Recurrent.
BACA JUGA:
Studi ini juga menemukan bahwa penarikan kembali baterai atau penggantian baterai tidak menimbulkan beban finansial yang signifikan bagi konsumen. Hal ini karena penggantian baterai umumnya dilakukan dalam kerangka garansi dan ditangani langsung oleh produsen mobil, seperti yang dilakukan oleh General Motors untuk model Hummer EV dan kendaraan dari Rivian.
"General Motors menghubungi saya untuk meminta izin menggunakan baterai saya untuk keperluan penelitian teknis, dan mereka menawarkan kendaraan pengganti selama prosesnya. Hal ini sangat memuaskan bagi saya dan para pemilik Hummer EV lainnya," kata salah satu pemilik Hummer EV.
Dengan demikian, hingga saat ini, frekuensi penggantian baterai untuk kendaraan listrik masih relatif rendah.