Bagikan:

JAKARTA - Kendaraan listrik (EV) dinilai lebih aman daripada kendaraan berbahan bakar internal (ICE), terutama jika dioperasikan dan dirawat dengan benar. Meskipun demikian, sejumlah insiden kebakaran yang melibatkan EV dan baterai lithium-ion telah menciptakan keprihatinan tentang menaruhnya di dalam garasi.

Kejadian terakhir adalah kebakaran kapal kargo Fremantle Highway yang terjadi pada musim panas ini. Kebakaran ini diduga dipicu oleh EV atau beberapa EV yang berada di antara 3.784 unit kendaraan Mercedes-Benz dan BMW di atas kapal tersebut, di mana 498 di antaranya adalah mobil listrik.

Dikutip dari Autoweek, 30 Agustus, data menunjukkan bahwa kendaraan berbahan bakar internal (ICE) lebih sering terkena kebakaran daripada kendaraan listrik (EV), seperti yang dikatakan oleh analis senior Guidehouse, Mike Austin. Namun, dia membenarkan jika EV terkadang lebih sulit dikendalikan saat terjadi kebakaran.

Salah satu alasan adalah bahwa baterai berbasis nikel dalam EV menciptakan oksigen sendiri selama peristiwa termal, yang berarti baterai tersebut terbakar dengan cepat dan sulit dipadamkan.

Dalam kasus kapal kargo, EV menjadi masalah karena jika mereka bukan penyebab kebakaran, tapi jika kebakaran cukup besar dan panas mengenai paket baterai, maka masalah besar akan terjadi.

Sementara, General Motors pernah merekomendasikan pemilik Chevy Bolts untuk memarkir mobilnya di luar rumah bukan di garasi dalam rumah dan membatasi pengisian daya maksimum hingga 90%, yang merupakan faktor jika ada kerusakan pada baterai. Selain itu, baterai bahan kimia berbasis nikel juga akan bertahan lebih lama jika diisi secara teratur hingga 80% atau 90%.

Namun menurut Austin, ancaman kebakaran lebih besar ada pada sepeda listrik dan skuter listrik. Bagaimana dengan kebakaran e-bike? Menurut The New York Times, kebakaran baterai lithium dari e-bike dan e-skuter telah menewaskan 14 orang dan melukai 93 lainnya, dengan 154 kebakaran dilaporkan di New York City pada 14 Agustus.

“Jika Anda melihat banyaknya kebakaran e-bike dan e-skuter, kemungkinan terjadinya masalah tersebut jauh lebih tinggi—atau setidaknya lebih mudah untuk mempertanyakan komponennya. Bagi pembuat mobil, mereka menghabiskan banyak upaya untuk menghilangkan kesalahan tersebut dan memastikan baterai tetap aman ketika terjadi kesalahan. Rekayasa berlebihan jauh lebih murah dibandingkan mengganti puluhan ribu paket baterai dalam penarikan kembali,” ungkap Austin yang juga mantan Editor dari Car and Driver ini.

Kabar baiknya adalah teknologi baru seperti baterai lithium-ferus fosfat (LFP) dan baterai padat (solid-state) yang tidak mengandung elektrolit cair yang mudah terbakar hampir sepenuhnya menghilangkan masalah ini.

Namun, kekhawatiran tentang penyimpanan EV di dalam garasi masih ada, terutama ketika terjadi masalah dalam baterai atau sistem yang dapat menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, para pemilik EV dan produsen terus memeriksa dan memastikan bahwa sistem baterai aman dan dapat diatasi jika terjadi masalah.