JAKARTA - Dalam rangka menyambut era mobilitas elektrifikasi, langkah penting yang harus diambil adalah memastikan tersedianya infrastruktur yang memadai untuk mendukung kebutuhan kendaraan listrik (EV). Salah satu elemen kunci dalam mempercepat proses ini adalah pengembangan infrastruktur pengisian daya cepat.
Beberapa negara saat ini sedang berupaya keras dalam membangun infrastruktur ini sebagai bagian dari persiapan untuk masa depan. Jepang adalah salah satu contoh negara yang menunjukkan komitmen serius dalam rencana pembangunan infrastruktur pengisian daya cepat untuk mendukung transisi menuju era EV.
Jepang berencana menggandakan produksi pengisi daya kendaraan listrik yang digunakan di area layanan jalan tol, dengan tujuan mempersingkat waktu pengisian dan mendorong penyebaran mobil listrik (EV) dan plug-in hybrid.
Dalam laporan yang dirilis oleh Nikkei Asia, Senin, 7 Agustus, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) merencanakan langkah-langkah baru untuk mengatur persyaratan baru terkait infrastruktur pengisian daya cepat untuk kendaraan listrik. Namun langkah ini dinilai masih belum memuaskan, kenapa?
Dalam upayanya ini, Kementerian tersebut merencanakan untuk meningkatkan kapasitas produksi tenaga pengisian daya lebih dari dua kali lipat dari yang ada saat ini di area layanan jalan raya menjelang tahun 2030. Pada saat ini, rata-rata penyedia pengisian daya EV di Jepang memiliki kapasitas antara 40 kW hingga 90 kW.
Dengan tujuan ini, Kementerian berusaha untuk mendorong pengembangan stasiun pengisian daya yang memiliki kapasitas antara 80 kW hingga 180 kW. Namun, jika dicermati pengisian daya dengan kapasitas 80 kW hingga 180 kW cukup mengejutkan mengingat beberapa negara telah menyediakan pengisian daya yang lebih tinggi dari ini.
Kementerian juga akan mensubsidi biaya bagi operator untuk mengalihkan pengisi daya mereka ke 90 kW meskipun hal ini mungkin tidak sepenuhnya memadai untuk mendukung mobil-mobil EV generasi mendatang. Pedoman tersebut juga akan mewajibkan pemasangan pengisi daya setiap 70 kilometer untuk memastikan baterai kendaraan listrik tidak habis di jalan raya.
Sementara, di area dengan lalu lintas tinggi, METI juga mengusulkan agar stasiun pengisian daya memiliki kapasitas lebih tinggi dari 150 kW, namun angka ini masih menjadi perdebatan.
Selain itu, metode transaksi pengisian daya juga akan mengalami perubahan. Saat ini cara yang akurat untuk mengukur volume output belum banyak tersedia, sehingga harga umumnya didasarkan pada waktu pengisian. Akibatnya, pengguna kesulitan menentukan jumlah pasti dari pengisian baterai yang ditambahkan.
Rencana terbaru, harga pengisian daya tidak hanya didasarkan pada waktu pengisian, melainkan juga berdasarkan jumlah energi yang digunakan, diukur dalam kilowatt-hour (kWh), serta akan menawarkan opsi pembayaran yang lebih fleksibel mulai tahun 2025 mendatang.
BACA JUGA:
Di wilayah Eropa dan AS misalnya, stasiun pengisian daya cepat yang sudah tersedia dengan kapasitas antara 250 kW hingga 350 kW untuk digunakan di jalan raya. Meskipun demikian, angka ini masih dapat bertambah seiring waktu dan perkembangan teknologi.