Bagikan:

Pemerintah melalui Menteri Koordinator Kemaritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya mengumumkan menunda kenaikan tarif masuk Candi Borobudur. Luhut menunda lantaran wacana yang ia lemparkan menuai pro dan kontra.

Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan akan menaikkan tarif masuk Candi Borobudur dari Rp50 ribu menjadi Rp750 ribu. Rencana kenaikan harga tiket masuk tersebut untuk membatasi wisatawan ke Candi Borobudur dengan pengaturan kuota 1.200 wisatawan. Atas kebijakan kuota tersebut, nantinya akan ada aturan harga khusus, untuk wisatawan nusantara sebesar Rp.750.000, wisatawan mancanegara 100 dolar AS, dan untuk pelajar (grup study tour sekolah /bukan individual) Rp5.000.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengeluarkan ide harga tiket masuk ke Candi Borobudur jadi Rp750 ribu didasarkan pada studi mendalam. Pihaknya membuat studi komprehensif dengan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sehingga angka Rp750 ribu itu keluar.

Menurut dia, Borobudur telah mengalami pengurangan ketinggian dan kerusakan sehingga jumlah pengunjung akan dibatasi sebanyak tidak lebih dari 1.200 orang per hari sebagaimana disarankan UNESCO.

Dengan pembukaan jalan tol yang akan melintasi wilayah Borobudur ke depan, Luhut memperkirakan sekitar 26 juta pengguna jalan akan melewati dan berpotensi mengunjungi Borobudur.

Luhut pun menekankan bahwa penetapan tiket masuk Borobudur sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan tersebut, sekaligus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan revitalisasi cagar budaya tersebut

Selama ini candi yang dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Shailendra itu memang sudah mengalami beberapa renovasi akibat sejumlah kerusakan. Bahkan candi ini yang menjadi salah satu warisan budaya dunia menurut UNESCO ini pernah jadi sasaran bom pada 21 Januari 1985.

Menjaga kelestarian cagar budaya yang mendunia memang keharusan. Tapi kenaikan luar biasa ini juga mengagetkan. Tidak bisa dibayangkan jika satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua anak untuk masuk Candi Borobudur harus mengeluarkan uang sebesar Rp3 juta. Sungguh mahal. Bahkan ada anggota DPR RI menyebut ongkos yang harus dikeluarkan wisatawan nusantara untuk masuk Candi Borobudur lebih mahal dari Upah Minimun Regional (UMR) Jawa Tengah, provinsi di mana Candi Borobudur berada.

Rencana kenaikan tarif ini diumumkan usai pandemi COVID-19 melandai. Di saat pemerintah berusaha meningkatkan geliat ekonomi. Dengan harga semahal itu, sangat mungkin jumlah pengunjung ke Candi Borobudur bakal berkurang. Jika berkurang bisa jadi geliat ekonomi di sekitar Candi Borobudur pun bakal menurun.

Sekedar catatan, tarif masuk sebesar Rp750 ribu per orang ini termasuk paling mahal ketimbang tarif masuk warisan sejarah masa lalu di berbagai negara. Seperti ditulis voi.id, harga tiket masuk ke situs Accropolis bersama 5 situs lainnya Yunani harga total tiketnya hanya €30 atau sekitar Rp464.000.

Demikian pula dengan situs warisan dunia yang ada di Italia. Harga tiket masuk ke 3 situs utama yaitu Collosseum, Forum dan Palatio seharga €18 atau sekitar Rp278.000 saja.

Tidak jauh berbeda dengan situs terkenal lain di dunia yaitu Piramida Giza di Mesir dan Taj Mahal di India yang tiket masuknya hanya sebesar $25 - $30 atau sekitar Rp360.000 - Rp433.000, yang sudah termasuk paket pemandu atau layanan foto.

Yah, semua setuju untuk menjaga warisan budaya yang berusia ribuan tahun dengan membatasi pengunjung agar tidak membeludak. Tapi, ketimbang membatasi dengan cara menaikkan tarif masuk bukan langkah bijak. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Misal dengan membatasi jumlah pengunjung di satu area. Dengan kuota tertentu dan waktu. Sehingga pengunjung bergantian masuk.

Soal harga tarif masuk. Menaikkan tarif dari Rp50 ribu boleh-boleh saja. Cuma jangan terlalu mahal. Harus mempertimbangkan situasi dan kondisi pendapatan rata-rata penduduk Indonesia. Atau malah Jawa Tengah di mana Candi Borobudur berada. Apalagi Candi Borobudur selain cagar budaya juga masih menjadi tempat ibadah dan digunakan untuk ritual keagamaan umat Budha.

Bagaimana mengenalkan kepada generasi muda kalau tiket masuknya mahal? Bagaimana generasi muda mencintai peninggalan nenek moyang jika tidak pernah masuk karena tidak terjangkau?

Jadi, menunda kenaikan tarif masuk Candi Borobudur memang tepat. Akan lebih tepat lagi dan bijaksana jika kenaikan hingga mencapai Rp750 ribu per orang dibatalkan. Sekali lagi, naik boleh-boleh saja. Tapi mohon pertimbangkan nilainya.