Salah Kikis Stigma Buruk terhadap Islam di Merseyside, tapi Dia Pernah 'Dihukum Tuhan' dengan Cedera karena Tidak Puasa
Mohamed Salah (Instagram @mosalah)

Bagikan:

JAKARTA - Harus diakui, kehadiran Mohamed Salah di Liverpool bukan cuma berdampak positif kepada tim asal Merseyside. Tetapi juga terhadap dunia Islam, agama yang dianut Salah.

Beberapa tahun yang lalu, sebuah penelitian yang dilakukan para peneliti di Universitas Stanford mengungkap, sejak Mo Salah mulai bermain untuk Liverpool, kejahatan rasial di wilayah Merseyside turun 19 persen.

Dalam sebuah laporan yang diungkap ESPN tersebut juga menyebut, komentar anti-muslim online berkurang 50 persen sejak striker asal Mesir berseragam Si Merah.

Salah adalah penganut Islam yang taat. Dia selalu berposes layaknya orang bersujud ketika merayakan gol yang dicetaknya. Di bulan Ramadan, bekas pemain Fiorentina dan AS Roma ini juga kerap kali menjalankan ibadah puasa.

Pelatih The Reds, Jurgen Klopp mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 4 News beberapa waktu lalu. Salah - bersama Sadio Mane dan Emre Can - memelihara keyakinan terhadap agamanya dengan menjadi seorang pesepak bola profesional.

"Salah adalah seorang muslim. Dia melakukan semua yang dilakukan umat muslim," kata Klopp dilansir dari Independent.

"Sebelum pertandingan, dia selalu mencuci diri (berwudhu) dan berdoa. Kami tiba di ruang ganti satu atau dua menit lebih awal sampai dia siap bertanding. Itulah dia (Salah), Sadio dan Can."

Klopp lalu memberikan tanggapan tentang pentingnya Salah sebagai simbol perdamaian di tengah maraknya konflik dan anti-muslim di dunia.

"(Apa yang dilakukan Salah) sangatlah luar biasa. Inilah yang benar-benar kita butuhkan pada saat ini," lanjutnya.

"Menyaksikan pria muda yang baik ini, penuh dengan kebahagiaan, penuh rasa cinta, penuh rasa persahabatan, penuh akan segala hal, di dunia di mana kita semua mencoba memahami semua hal yang tengah terjadi."

"Mo adalah duta besar sempurna buat Mesir, untuk semua dunia Arab," tandas Klopp.

Dilema Salah Lakoni Final Liga Champions di Tengah Ramadan

Mohamed Salah sempat menghadapi dilema menjelang laga final Liga Champions antara Liverpool dan Real Madrid 2017-2018. Di satu sisi, Salah merupakan muslim taat yang harus menjalankan ibadah puasa. Di sisi lain, dia harus bermain maksimal dalam laga tersebut.

Umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh sejak 17 Mei 2018. Tidak terkecuali Salah, yang harus menahan lapar dah haus sejak matahari terbit hingga matahari terbenam.

Striker yang pernah berseragam Chelsea dan dua rekan muslimnya di Liverpool, Mane dan Can, memang sudah memutuskan tetap berpuasa menjelang laga final di Kiev. Tapi, belum ada kepastian tentang metode latihan yang akan diberikan Klopp kepada tiga pemainnya itu.

Sebelumnya Salah mengaku, pada 2014 di tetap menjalankan puasa sambil menjalani latihan pra-musim di Chelsea, dan itu terasa berat.

"Ramadan agak sedikit berat buat saya karena kami melakukan dua kali latihan setiap hari, cuacanya sangat panas dan saya bermain di setiap pertandingan. Saya tidak bisa minum sampai jam 21.30," kata Salah saat itu.

"Ketika kamu berlatih dua kali sehari, level energi kamu menurun pada sesi latihan kedua, tapi ini sangat berarti buat saya dan saya sangat senang."

Satu hari menjelang laga final kontra Los Blancos, Ruben Pons, fisioterapis Liverpool mengonfirmasi, Salah tidak akan berpuasa. Dilansir dari liverpoolecho.co.uk, kata Pons, hal tersebut dilakukan Salah demi menjaga kebugaran tubuhnya selama pertandingan.

Menanggapi pernyataan Pons, surat kabar Mesir Al Masry al Youm mengklaim Salah menolak gagasan pembatalan puasanya. Soalnya, pemain Mesir - yang mencetak 44 gol pada musim pertamanya di Anfield - adalah seorang muslim taat yang telah menjalankan ibadah puasa sejak hari pertama Ramadan di tahun itu.

Namun, Pons, dalam sebuah wawancara dengan radio Spanyol, Cadena SER, menegaskan pemain 25 tahun akan tetap makan dan minum selama dua hari, Jumat dan Sabtu.

"Ahli gizi kami telah membuat sebuah rencana terkait asupan makanan yang akan diberikan kepada Salah," katanya. "Besok (Jumat) dan hari pertandingan dia tidak akan berpuasa, jadi itu tidak akan mempengaruhinya."

Dalam agama Islam, ada sebuah bentuk kelonggaran dalam ibadah. Tapi, jika unsur kebutuhan sudah terpenuhi dan keterpaksaan sudah hilang, maka hukumnya kembali ke semula. Artinya, Salah boleh tidak berpuasa jika ada unsur keterpaksaan, dengan syarat puasa diganti di hari lain.

Dalam laga final kontra Los Blancos versus The Reds keok 1-3 dan Salah menderita dislokasi bahu. Pemain nasional Mesir itu berduel dengan kapten Real Madrid, Sergio Ramos dan terjatuh dengan bahu kiri menjadi tumpuan berat badannya dan juga badan Ramos.

Ulama Kuwait Sebut Salah Dihukum Tuhan

Beberapa hari setelah laga final Liverpool versus Real Madrid, seorang ulama asal Kuwait, Mubarak al Bathali meluncurkan pernyataan mengagetkan. Menurut dia, penyebab cederanya Mo Salah akibat pemain Liverpool itu membatalkan puasanya.

Dilansir dari sky.com, Bathali menegaskan, Tuhan menghukum Salah karena makan sebelum laga final Liga Champions yang berlangsung di Kiev, Ukraina itu.

Menurut Bathali, bermain sepak bola bukanlah alasan yang tepat untuk membatalkan puasa selama Ramadan. Katanya, para jihadis saja melakukan puasa meskipun berada di tengah medan perang dan menghadapi musuh.

Bathali lalu menjelaskan, dibatalkannya puasa Salah dengan alasan bermain sepak bola adalah dosa. Dia lalu menambahkan, pintu tobat untuk Salah masih terbuka.

Namun demikian, Bathali tidak mengatakan apapun tentang dua rekan Salah di Liverpool yang juga muslim; Mane dan Can.