Bagikan:

JAKARTA - Perayaan HUT ke-76 Republik Indonesia dimaknai penuh arti oleh Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia). Lembaga Non-Pemerintah pimpinan Raja Sapta Oktohari ini bertekad bekerja ekstra keras mewujudkan misi “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh” di sektor olahraga.

Okto, sapaan akrab Raja Sapta, mengatakan peringatan kemerdekaan yang dirayakan setiap tahun perlu dimaknai lebih dari sekadar selebrasi. Namun juga perenungan untuk membangun prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia.

“Kemerdekaan adalah peringatan tentang perjuangan, harapan, dan cita-cita para pendiri bangsa sehingga kita perlu merefleksikan mau dibawa ke mana Indonesia ke depan,” kata Okto, Selasa, 17 Agustus. 

“Dari sektor olahraga, Indonesia sebagai negara populasi terbesar nomor empat di dunia harus menempatkan diri dalam prestasi olahraga yang sesuai dan kami dalam perjalanan menuju ke sana,” sambungnya.

Okto menjelaskan, China dan Amerika Serikat (AS) sudah membuktikan sebagai negara populasi terbesar di dunia bisa bersaing ketat di kancah Olimpiade. Hal ini perlu diikuti oleh Indonesia. Berdasarkan data US Census Bureau pada 1 Juli 2021, China berada dalam daftar teratas negara populasi terbesar dengan 1,397 miliar jiwa, disusul India (1,339 miliar jiwa), AS (332,4 juta jiwa), dan Indonesia (275,1 juta jiwa).

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC) ini menjelaskan Indonesia saat ini sudah dalam trek tepat untuk bersaing dalam rivalitas papan atas olahraga dunia. Sebab, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah menjadikan Olimpiade sebagai tujuan utama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

“Kita harus konsisten karena olahraga bukan sekadar prestasi atlet, tetapi secara holistis olahraga  adalah prestasi bangsa. Semua atlet, pelatih, official dan event yang    diikuti menjadi satu kesatuan untuk menunjukkan Indonesia memiliki martabat yang sama dengan negara besar lainnya dalam ranah olahraga dunia,” kata Okto.

“Terlebih, Pak Presiden Joko Widodo telah memberi atensi dan apresiasi luar biasa terhadap olahraga sejak awal. Ini kesempatan besar untuk menciptakan legacy dari olahraga Indonesia sesuai DBON menuju 100 tahun Indonesia Merdeka sehingga Indonesia bisa tampil di kancah dunia," papar dia.

Bagi Okto, perjalanan mewujudkan target tersebut tentu tidak mudah. Namun, ia percaya setiap usaha, ikhtiar, harapan, dan doa bakal berbuah manis. Hal ini pula yang terjadi di Olimpiade 2020 Tokyo, kala perjuangan Kontingen Indonesia memberikan kejutan serta keajaiban.

“Itu nyata terjadi di Olimpiade Tokyo. Keajaiban karena ada beberapa atlet, pelatih, bahkan media yang positif Covid-19 dan bisa sembuh dalam 1-2 hari,” ujar Okto.

Kejutan, diceritakan Okto, diberikan atlet-atlet Indonesia, seperti  atlet muda yakni Rahmat Erwin Abdullah, Windy Cantika, hingga Anthony Sinisuka Ginting memberi gebrakan di panggung Olimpiade dengan merebut medali perunggu. Begitu pun Nurul Akmal, lifter putri pertama Indonesia yang bersaing di kelas berat +87kg mampu menempati posisi lima dunia.

Sementara, keping perak yang dipersembahkan Eko Yuli Irawan menjadikannya sebagai lifter kedua di dunia dan pertama di Indonesia yang  merebut empat medali Olimpiade disetiap partisipasinya. Sedangkan, medali emas dari duet senior-junior Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga menjadi yang pertama dalam sejarah ganda putri bulu tangkis Indonesia di Olimpiade.

“Satu-satunya medali emas Indonesia didapat setelah Greysia/Apriyani menang atas pasangan China (Chen Qing Chen/Jia Yi Fan) dengan skor 21-19 21-15 yang ditotal berjumlah 76, sesuai dengan perayaan Kemerdekaan RI saat ini,” kata Okto.

“Bagi saya tidak ada yang kebetulan dan ini menjadi pesan bagi kita semua bahwa kita tak boleh berhenti berjuang dan berusaha, tak boleh putus harapan karena semua itu akan dijawab dengan banyak kejutan dan keajaiban. Ini bukan akhir karena cita-cita Indonesia masih sangat besar dan ketertinggalan masih cukup jauh. NOC Indonesia ingin mewujudkan ambisi dan harapan untuk membangun prestasi olahraga lebih baik lagi dan kami punya waktu tiga tahun untuk merealisasikannya di Olimpiade Paris,” papar Okto.