Keputusan Rossi Akhiri Karier di MotoGP Picu Berbagai Reaksi, Quartararo: Sulit Dipercaya
Valentino Rossi (Instagram @valeyellow46)

Bagikan:

JAKARTA - Keputusan Valentino Rossi untuk mengakhiri kariernya di MotoGP setelah musim 2021 usai memicu berbagai reaksi dari para rivalnya, yang sekaligus mengidolakannya, di paddock MotoGP.

Pebalap Prancis Fabio Quartararo, yang tumbuh sebagai fan Rossi, tak bisa memercayai kabar yang datang hari itu saat sesi jumpa pers jelang Grand Prix Styria di Red Bull Ring, Austria, seperti dilansir Antara dari laman resmi MotoGP.

"Sulit dipercayai, karena dia sudah menjadi juara dunia dua kali ketika saya belum lahir. Dan sekarang saya masih membalap dengan dia dan membayangkan tahun depan dia tidak akan membalap lagi dengan kami itu menyedihkan," kata pebalap yang kini menjadi pemuncak klasemen sementara tersebut.

"Dia orang yang membuat saya benar-benar ingin menjadi pebalap MotoGP ketika saya masih kecil dengan melihat dia, menunggu berjam-jam di area hospitality untuk berfoto."

Menjadi seorang bocah yang berfoto bareng dengan Rossi, Quartararo kini tumbuh menjadi salah satu pebalap terganas di MotoGP dan tahun ini bahkan dimandati Yamaha bertukar bangku dengan Rossi di tim pabrikan di saat sang juara dunia sembilan kali menutup kariernya berseragam tim satelit Petronas Yamaha.

"Bagi saya dia adalah legenda dari olahraga ini, dia membangun karier yang luar biasa dan dia adalah sang legenda, dia masih menjadi idola saya."

Musim kejuaraan 1996 menandai debut Rossi di dunia balap motor Grand Prix. Sejak itu ia tercatat telah melakoni 423 balapan di semua kategori. Jumlah tersebut belum termasuk 10 lomba yang akan berlangsung di sisa musim MotoGP 2021.

Rossi juga tercatat sebagai pebalap yang secara maraton berkompetisi selama 26 musim.

Runner-up klasemen, Johann Zarco memandang Rossi adalah seseorang yang berperan besar mengubah wajah olahraga balap motor dalam dua dekade terakhir.

"Terima kasih untuk Vale atas apa yang telah ia persembahkan, dia mengubah divisi dari sepeda motor selama tahun 2000 hingga sekarang," kata pebalap tim Pramac Racing itu.

"Dan ketika Anda bicara soal sepeda motor dengan seseorang yang tidak paham apapun soal itu dia bisa saja mengatakan Valentino Rossi kepada Anda.

"Kami sudah mengira akan ada hari di mana dia mengatakan akan berhenti dan hari itu datang. Luar biasa karena dia bisa bertahan begitu lama, saya melihatnya di televisi dan dia menjadi idola dan sekarang saya membalap dengan dia."

Sementara itu, juara bertahan Joan Mir mengaku sangat gugup menyaksikan pengumuman dari Rossi hari itu.

"Saya merasa terhormat memiliki kesempatan untuk membalap dengan Vale untuk tiga tahun ini, dan mungkin saya lebih gugup dari dia ketika dia mengumumkan berita itu, itu adalah momen yang sulit karena sepertinya momen itu tak pernah akan datang untuk seorang pebalap.

"Ada pertanyaan ketika seorang jurnalis bertanya apakah ia merasa seperti pebola basket Michael Jordan, dan tentunya dia adalah Michael Jordan-nya dari balap motor.

"Akan sulit untuk mengulangi (capaian) Valentino Rossi dalam sejarah, jadi kami mendoakan dia yang terbaik dan semoga kembali bertemu tahun berikutnya di paddock," pungkas Mir.

Rossi yang kini berusia 42 tahun memiliki 89 kemenangan di kelas 500cc/MotoGP. Jumlah tersebut lebih banyak dari Giacomo Agostini (68) dan Marc Marquez (57).

Rossi juga tercatat memiliki rekor podium terbanyak di kelas tertinggi dengan 199. Jumlah tersebut mengalahkan Jorge Lorenzo dengan 114 podium dan Dani Pedrosa dengan 112 podium.

Secara keseluruhan, Rossi telah mengantongi sembilan gelar juara di berbagai kelas dengan 235 podium, termasuk 115 kemenangan, 67 kali di posisi kedua, dan 53 di urutan ketiga, serta 65 pole position dan 96 lap tercepat.

Bagi Maverick Vinales, Rossi telah menjadi referensinya sejak kecil.

"Saya mulai memiliki semangat mencintai sepeda motor khususnya ketika saya mulai melihat Valentino dengan selebrasinya dan caranya memenangi balapan," kata mantan rekan satu tim The Doctor itu.

"Pada akhirnya, saya tumbuh, dan saya memiliki kesempatan untuk berada di tim yang sama dengan dia. Dan tentunya ketika secara internal berbagi data, komentar, dan apapun, saya memiliki kesempatan untuk belajar ini yang paling penting.

"Valentino lebih dari seorang ikon dan legenda, pada akhirnya dia adalah idola saya.

"Ini menyedihkan, tapi pada saat yang sama kita juga harus berterima kasih kepada dia telah membuat MotoGP tumbuh sangat besar dan juga menjadi inspirasi bagi saya," pungkas Vinales.

Sementara itu pebalap Portugal Miguel Oliveira melihat Rossi memiliki karisma yang tak dimiliki para pebalap lainnya.

"Saya rasa titik balik yang menjadikan dia seperti seorang legenda adalah setelah begitu banyak gelar 2009-2010 ketika dia pindah ke Ducati sebelum balik lagi ke Yamaha, orang-orang masih mencintai dia bahkan apabila dia tidak menang dan hasil balapannya tidak bagus.

"Hanya pada saat itu kita benar-benar melihat kebesaran seorang Valentino dan kekuatan citra dan pengaruh kuat yang ia miliki di paddock.

"Bagi saya suatu kehormatan bisa membalap bersama dia, tentunya kami ingin lebih berbagi momen-momen lebih pribadi untuk mengenal Vale lebih baik tapi bagi saya sudah cukup bisa berada di lintasan bersama dia," kata sang pebalap KTM.

Kemudian, pebalap Inggris Cal Crutchlow mengaku terkesan dengan semangat dan motivasi yang dimiliki Rossi untuk tetap membalap di usianya yang sudah tak lagi muda.

"Saya memutuskan pensiun di usia 35 tahun, saya tidak bisa lanjut untuk tujuh tahun lagi seperti yang dia lakukan. Tapi motivasinya untuk tetap ingin lebih cepat luar biasa," kata Crutchlow yang kini bertugas sebagai test rider Yamaha dan akan menjadi tandem Rossi untuk tiga balapan berikutnya menggantikan Franco Morbidelli yang memulihkan diri pascaoperasi.

"Seperti yang dia katakan di wawancara hari ini, dia bisa lebih cepat dari dirinya sendiri dari masa-masa lalu di sejumlah trek.

"Bisa melakukan itu luar biasa, itu menunjukkan secara fisik kenapa dia mampu melakukan itu dan juga mentalitas untuk tampil dan terus melaju kencang," pungkasnya.

Musim ini menjadi babak terakhir bagi kisah seorang Valentino Rossi sebagai seorang pebalap Grand Prix, namun tak perlu waktu lama bagi publik untuk melihat ia di paddock lagi saat tim miliknya, VR46 meramaikan kelas premier menggunakan mesin Ducati pada tahun depan.

"Ini keputusan yang sulit tapi saya rasa pada akhirnya di semua olahraga, hasil membuat perbedaan. Pada akhirnya ini jalan yang terbaik," kata Rossi.